Yang Diharamkan Sebab Junub (Lengkap Dengan Dalilnya) – Pada Kesempatan ini Duta Dakwah Akan Menuliskan Lanjutan Masalah-masalah Penting Seputar Wanita Bagian ketujuh dikutip dari Kitab “HAIDHUN NISAA” Karya M. ASMAWI, ZA. Ini adalah lanjutan dari bagian keenam ulasan tentang Masalah Yang Diharamkan Sebab Haid.
Yang Diharamkan Sebab Junub (Lengkap Dengan Dalilnya)
Untuk lebih jelasnya sebaiknya silahkan baca Ulasan Duta Dakwah dibawah ini dengan Seksama.
Haram sebab Junub:
(وَيَحْرُمُ عَلَى الْجُنُبِ خَمْسَةُ اَشْيَاءَ) اَحَدُهَا الصَّلَاةُ فَرْضًا اَوْ نَفْلًا. (وَ)الثَّانِي (قِرَاءَةُ الْقُرْآنِ) غَيْرِ مَنْسُوْخِ التِّلَاوَةِ اَيَةً كَانَتْ اَوْحَرْفًا سِرًّا اَوْجَهْرًا وَخَرَجَ باِلْقُرْأنِ التَّوْرَاةُ وَالْاِنْجِيْلُ اَمَّا اَذْكَارُ الْقُرْآنِ فَتَحِلُّ لَابِقَصْدِ الْقُرْأنِ
Dan haram hagi orang yang Sedang junub untuk melakukan 5 perkara, yaitu Pertama : Mengerjakan shalat, baik shalat fardlu ataupun shalat sunnat. Kedua : Membaca A1-Qur’an yang belum disalin bacaannya, meskipun satu ayat atau satu huruf, membacanya dengan suara pelan atau keras dan tidak termasuk haram membaca Taurat dan Injil. Adapun dzikir-dzikir Qur’an (dengan lafadz Qur’an,) tidak dengan’ tujuan membaca A1-Qur’an, maka halal hukumnya.
Penjelasan :
Apabila ada orang yang sedang junub, kemudian tiba-tiba terkena musibah, umpamanya terpelanting, lalu menyebut (dzikir) dengan lafadz Al-Qur’an : ( إنا لله وإنا إليه راجعون ) Atau ketika hendak makan, lalu membaca : ( بسم الله الرّحمن الرّحيم ) dan lain sebagainya dengan tidak bertujuan membaca Al-Qur’an, maka hukumnya tidak haram.
(وَ) الثَالِثُ (مَسُ الْمُصْحَفِ وَحَمْلُهُ) مِنْ بَابِ الْاُوْلَى. (وَ) الرَابِعُ (الطَوَافُ) فَرْضًا اَوْنَفْلًا. (وَ) الْخَامِسُ (الْمَكْثُ فِيْ الْمَسْجِدِ) لِجُنُبٍ مُسْلِمٍ اِلّا لِضَرُوْرَةٍ كَمَنِ احْتَلَمَ فِيْ الْمَسْجِدِ وَتَعَذَّرَ خُرُوْجُهُ مِنْهُ لِخَوْفٍ عَلَى نَفْسِهِ اَوْمَالِهِ
Ketiga: Menyentuh Mush-haf dan membawanya. Keempat: Thawaf, baik thawaf fardlu ataupun thawaf sunnah. Kelima: Berdiam di Masjid bagi orang Islam yang junub, kecuali bila dalam keadaan terpaksa, seperti orang yang mimpi ke luar air mani di dalam Masjid dan ia sulit ke luar dari dalam Masjid tersebut, karena khawatir dirinya atau harta bendanya.
Sebagaimana diterangkan dalam Kifayatul-Akhyar :
سُمِيَ الْجُنُبُ بِذَلِكَ لِأَنَّهُ يَبْعُدُ بِالْجِنَابَةِ عَنْ هَذِهِ الْأَشْيَاءَ، أَمَّا تَحْرِيْمُ الصَّلَاةِ فَبِالْإِجْمَاعِ وَفِي مَعْنَاهَاسُجُوْدُ التِّلَاوَةِ وَالشُّكْرِ. وَأَمَّا تَحْرِيْمُ الْقِرَاءَةِ وَلَوْ آيَةً أَوْ حَرْفًا سَوَاءٌ أَسَرَّ أَوْ جَهَّرَ إِذَا نُطِقَ بِلِسَانِهِ فَلِقَوْلِهِ ﷺ، “لَاتَقْرَأِ الْحَائِضُ وَلَا الْجُنُبُ شَيْئًا مِنَ الْقُرْأَنِ” رَوَاهُ التِّرْمِيْذِيُّ وَهُوَ ضَعِيْفٌ
Orang yang menanggung janabah disebut junub, karena sebab janabahnya itu dia jauh dari kelima-lima perkara ini. Adapun mengenai keharaman shalat, hal itu didasarkan pada ijmak Ulama. Yang termasuk dalam arti shalat yaitu sujud tilawah dan sujud syukur. Mengenai keharaman membaca Alquran, walaupun satu ayat atau satu huruf, secara keras maupun secara perlahan-lahan asal diucapkan dengan lisannya, dalilnya adalah sabda Rasulullah s.a.w. “Wanita haidh dan orang junub tidak boleh membaca sebagian dari Alquran.” (H.R. At-Tirmidzi Hadits ini dha’if)
وَاحْتَجَ لِلتَّحْرِيْمِ بِقَوْلِ عَلِيٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ “لَمْ يَكُنْ يَحْجُبُ النَّبِيَّﷺ عَنِ الْقُرْآنِ شَيْءٌ سِوَى الْجِنَابَةِ” وَرُوِيَ يَحْجُزُ” (رَوَاهُ أبُوْ دَاوُدَ وَالتِّرْمِذِيُّ وَغَيْرُهُ، وَقَالَ: إِنَّهُ حَسَنٌ، قَدْ كَانَ مَنْعُ الْجُنُبِ الْقِرَاءَةَ مَشْهُوْرًا بَيْنَ الصَّحَابَةِ رَضِيَ الله عَنْهُمْ وَلَوْ لَمْ يَجِدْ مَاءً وَلَا تُرَابًا وَصَلَّى فَهَلْ تَحْرُمُ الْفَاتِحَةُ أَمْ لَا؟ وَجْهَانِ أَصَحُّهُمَا عِنْدَ الرَّافِعِي بَقَاءُ التَّحْرِيْمِ وَيَعْدِلُ إِلَى الذِّكْرِ وَصَحِيْحُ النَّوَوِي وُجُوْبُ الْقِرَاءَةِ. وَأَمَّا تَحْرِيْمُ مَسِّ الْمُصْحَفِ: فَإِذَا حُرِمَ عَلَى الْمُحْدِث فَالْجُنُبُ أَوْلَى، وَإِذَا حَرَمَ الْمَسُّ فَالْحَمْلُ أَوْلَى بِالتَّحْرِيْمِ
Untuk itu, yang menjadi dalil keharamannya, yang paling tepat ialah kata Saiyidina Ali: “Tidak ada yang menghalang-halangi Rasulullah s.a.w. dari membaca Alquran kecuali-janabah. Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Abu Daud, At-Tirmizi dan lain-lamnnya. At-Tirmizi mengatakan: Hadis ini Hadis hasan. Larangan membaca Alquran bagi orang-orang yang junub itu sudah masyhur di kalangan para sahabat Nabi r.a. Lalu apabila orang yang junub itu tidak menemukan air dan tanah untuk tayammum, kemudian shalat, apakah haram membaca Al-Fatihah atau tidak? Ada dua wajah. Yang paling shahih menurut Imam Rafi’i, haram, dan wajib mengganti dengan zikir. Imam Nawawi membenarkan wajibnya membaca Al-Fatihah.
Mengenai keharaman menyentuh Alquran dalilnya bahwa kalau orang yang berhadas kecil saja haram menyentuh Alquran, orang yang junub tentu lebih utama lagi haramnya. Dan kalau menyentuh saja haram, apalagi membawanya.
Hukum Lewat ke Masjid
Adapun hukmnya melewati masjid bagi Oranga yang Junub adalah sebagaimana keterangan berikut:
اَمَّا عُبُوْرُ الْمَسْجِدِ مَارًّا بِهِ مِنْ غَيْرِ مَكْثٍ فَلَا يَحْرُمُ بَلْ وَلَا يُكْرَهُ فِي الْاَصَحِّ
Adapun melewati dalam Masjid tanpa berhenti, maka tidak haram hukumnya, dan menurut pendapat yang lebih shaheh tidak dimakruhkan.
وَتَرَدُّدُ الْجُنُبُ فِي الْمَسْجِدِ بِمُنْزِلَةِ اللُّبْثِ وَخَرَجَ بِالْمَسْجِدِ الْمَدَارِسُ وَالرِّبْطُ. ثُمَّ اسْتَطْرَدَ الْمُصَنِفُ اَيْضًا مِنْ اَحْكَامِ الْحَدَثِ الْاَكْبَرِ اِلَى اَحْكَامِ الْحَدَثِ الْاَصْغَرِ فَقَالَ
Dan Mondar-mandirnya orang yang sedang junub di dalam masjid, maka sama halnya dengan berhenti. Keharaman tersebut terkecuali pada madrasah dan pondok. Kemudian Mushannif meneruskan lagi penjelasannya dan hukum-hukum hadats besar sampai kepada hukum-hukum hadats kecil, maka berkata mushannif:
وَيَحْرُمُ عَلَى الْمُحْدِثِ إلخ Dan Haram bagi orang yang berhadats kecil dst….. Keterangan ini akan kami ulas pada artikel berikutnya…….
Demikian ulasan : Yang Diharamkan Sebab Junub (Lengkap Dengan Dalilnya) (Kutyipan dari Haidhun Nisaa) Ulasan ini masih bersambung pada: Haram sebab hadats kecil Semoga dapat memberikan manfaat untuk kita semua.Terimakasih