Sejarah Walisongo dan Nama-Nama Walisongo (Bahasan Lengkap) – Walisongo merupakan para ulama atau dai yang diutus oleh para khalifah di masa khalifah Utsmani untuk menyebarkan Islam di nusantara. Sebagai seorang muslim seharusnya kita mengetahui nama dan sejarah walisongo. Nah pada pembahasan kali ini Dutadakwah akan memberikan penjelasan mengenai sejarah walisongo dan juga nama-nama anggotanya. Untuk itu langsung saja kita simak penjelasannya sebagai berikut:
Sejarah Walisongo dan Nama-Nama Walisongo (Bahasan Lengkap)
Berikut adalah sejarah walisongo.
Sejarah Walisongo
Kata “Walisongo” berasal dari kata wali dan songo, sedangkan Wali sendiri berasal dari bahasa arab yakni “Waliyullah” yang berarti orang yang mencintai Allah dan dicintai oleh Allah. Kata “songo” berasal dari bahasa jawa yang beraryi sembilan. Nah sehingga dapat disimpulkan bahwa walisongo merupakan para wali yang mencintai Allah dan dicintai oleh Allah, dan mereka dianggap sebagai ketua mubaligh Islam pada saat itu untuk berdakwah dan mensyiarkan ajaran Islam.
Dengan kata lain Walisongo merupakan para wali yang menyebarkan agama Islam dijawa pada saat itu, namun meluas sampai seluruh wilayah Indonesia. Hal tersebut terjadi karena murid-murid para wali yang berguru ke pesantren mereka berasal dari berbagai wilayah di seluruh Indonesia.
Dalam kitab Kanzul Hum yang ditulis oleh Ibnu Bathuthah yang kini tersimpan di Museum Istana Turki di Istanbul, disebutkan bahwa Walisongo dikirim oleh Sultan Muhammad I. Awalnya, ia pada tahun 1404 M (808 H) mengirim surat kepada pembesar Afrika Utara dan Timur Tengah yang isinya meminta dikirim sejumlah ulama yang memiliki kemampuan di berbagai bidang untuk diberangkatkan ke pulau Jawa.
Adapun dalam legenda ini, ada istilah karomah yang artinya kesaktian mandraguna. Akan tetapi dalam Islam sendiri arti dari karomah merupakan taqwa kepada Allah SWT dan memperoleh kekuatan atas izin Allah SWT.
Setiap orang memiliki kelebihan masing-masing, akan tetapi semua itu sesuai dalam tingkatannya. Diantaranya adalah sebagai berikut:
- Mukjizat adalah kelebihan yang dimilki para Nabi.
- Karomah adalah kelebihan yang dimiliki para Wali.
- Maunah adalah kelebihan yang dimiliki orang-orang Mukmin.
Untuk lebih jelasnya dapat dibaca Pengertian Mukjizat, Karomah, Maunah, Irhas, Contoh & Dalilnya.
Dari para Wali itulah kemudian Islam menyebar kemana-mana hingga sekarang, dan keberadaan walisongo membuat kita menjadi paham bahwa betapa susah payahnya mereka dalam mengajarkan Islam ke tanah Jawa hingga menyebar ke seluruh Indonesia.
Nama-Nama Walisongo
Walisongo memiliki peran yang sangat penting dalam mengajarkan agama Islam, sehingga dapat membawa perubahan dan dampak yang sangat besar terhadap masyarakat Jawa pada zaman dahulu. Adapun nama-nama anggota walisongo adalah sebagai berikut:
1. Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)
Walisongo angkatan pertama yang dipimpin oleh Syekh Maulana Malik Ibrahim atau sunan gresik, asal Turki, pada tahun 1400 an. Ia merupakan ahli politik dan irigasi itu menjadi peletak dasar pendirian kesultanan di Jawa sekaligus mengembangkan pertanian di Nusantara.
Di Jawa pada saat itu sudah ada orang yang memeluk agama Islam, karena pada saat itu Islam berkembang pesat di Arab, Gujarat atau Turki. Islam dibawa melalui perdagangan dan pernikahan. Maulana Malik Ibrahim ini datang ke Indonesia dan mendarat di gresik, sehingga dikenal dengan sunan gresik.
Ia datang dengan niat untuk menyebarkan agama Islam dengan pendekatan melalui perdagangan. Kemudian sunan gresik mendirikan rumah di Laren dan sebuah toko di desa Romo yang menjual barang bawaannya untuk menjalankan misi dakwahnya.
Pada saat itu, Beliau memiliki cara yang apik, mereka merangkul masyarakat itu dengan ramah tamah, mengajari masyarakat dengan bercocok tanam yang baik dan juga sekaligus menjadi tabib. Kemudian upaya sunan gresik akhirnya berhasil masyarakat bersimpati kepadanya dan mulai mengikuti arahan-arahan dan ajaran-ajaran Islam.
2. Sunan Ampel (Raden Rahmat)
Sunan Ampel bukanlah asli orang Jawa, melainkan Ia berasal dari negara Champa. Beliau meninggalkan negerinya untuk pergi ke pulau Jawa pada Tahun 1443. Adapun tujuannya pergi ke Pulau Jawa adalah untuk menemui bibinya yang bernama Dwarawati. Putri Dwarawati merupakan seorang putri raja Champa yang menikah dengan raja Majapahit yang bernama Prabu Kertawijaya.
Akan tetapi tidak hanya itu, Sunan Ampel meminta izin kepada kerajaan Majapahit untuk berdakwah dan menyebarkan agama Islam. Bahkan ajaran tersebut diterima baik oleh warga dan wargapun memeluknya tanpa paksaan, meskipun raja tidak mau memeluk agama Islam.
Sunan Ampel kemudian mendirikan sebuah pesantren di daerah Ampel Surabaya. Dalam mengajarkan agama Islam, Beliau mengajarkan cetusan yakni “Molimo” atau “Moh Limo”. Adapun kata “Moh” berasal dari bahasa jawa yang artinya “Tidak” dan “Limo” artinya “Lima”. Sehingga Moh Limo berarti “Tidak melakukan 5 perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT”.
Adapun isi dari Moh Limo adalah sebagai berikut:
- Moh Mabuk (Tidak mabuk atau minum-minuman).
- Moh Main (Tidak main atau tidak berjud*).
- Moh Madon (Tidak main perempuan).
- Moh Madat (Tidak memakai obat-obatan).
- Moh Maling ( Tidak Mencuri).
3. Sunan Bonang (Maulana Makhdum Ibrahim)
Sunan bonang atau Maulana Makhdum Ibrahim merupakan putra pertama dari sunan Ampel. Sunan Bonang ini belajar agama Islam sejak kecil, di pesantren milik ayahnya sendiri. Kemudian Beliau juga pernah mendalami Islam bersama raden Paku ke negeri Champa.
Setelah selesai menimba ilmu, akhirnya sunan Bonang kembali ke Jawa dan mendirikan pesantren di Tuban. Beliau menyebarkan agama Islam dengan menggunakan pendekatan musik untuk menarik simpati masyarakat setempat. Salah satu alat musik yang ia ciptakan adalah gamelan.
Sunan Bonang banyak menciptakan sastra, salah satunya yang terkenal hingga saat ini adalah suluk sunan Bonang yang memiliki bentuk prosa Jawa yang dipengaruhi oleh bahasa Arab. Beliau wafat pada tahun 1525 Masehi dan dimakamkan di Kota Wali Tuban.
4. Sunan Giri (Raden Paku)
Sunan Giri adalah putra dari Maulana Ishaq dan Nyi Sekardadu (putri Blambangan). Dalam sejarah yang diceritakan, sunan Giri pada waktu bayi dihanyutkan di selat Bali atas perintah kakeknya yakni Raja Blambangan. Namun ketika dihanyutkan di Bali, ia ditemukan oleh kapal saudagar milik seorang wanita dari Tuban yang bernama nyi Ageng Pinateh. Oleh karena itu, ditemukan di laut sunan Giri kecil diberi nama Joko Samudro.
Karomah yang dimiliki oleh sunan Giri sudah terlihat sejak kecil, dimana Ia mampu berjalan sangat cepat dari Tuban ke Ampel Surabaya. Dari ceritanya Beliau hanya membutuhkan waktu beberapa menit saja untuk melakukan perjalanan melalui bibir pantai di Tuban. Setelah mulai beranjak besar, Beliau kemudian diberi nama Raden Paku oleh Sunan Bonang atas titipan ayahnya yang merupakan paman dari Sunan Ampel.
Raden Paku mendirikan pondok pesantren di daerah Giri, Tuban. Selain itu, Beliau juga sangat berpengaruh dalam kesultanan Demak sebelum akhirnya diserahkan kepada Raden Patah.
Raden paku memiliki arti tonggak agama Islam di Jawa yang sangat kuat. Maksudnya adalah bahwa Raden paku diharapkan dapat menjadi penyebar dan pengajar ajaran Islam dan sangat berpengaruh ditanah Jawa. Sunan Giri ini wafat pertengahan abad 16 Masehi dan dimakamkan di Gresik Jawa Timur.
5. Sunan Drajat (Raden Qasim)
Sunan derajat adalah putra dari sunan Ampel dan Dewi Candrawati, dan adik dari Sunan Bonang. Sunan Derajat ini belajar agama Islam ini dari ayahnya yang berada di pondok pesantren yang ada di Ampel. Beliau terkenal dengan jiwa sosial yang tinggi, seperti tolong menolong, mengasihi anak yatim, dan lain lain.
6. Sunan Kalijaga (Raden Mas Syahid)
Sunan Kalijaga adalah putra dari Raden Sahur tumenggung Wilatikta (Bupati Tuban) dan dewi Nawarum. Sunan kalijaga termasuk golongan ningrat, Ia sudah belajar agama Islam sejak kecil. Pada saat itu sunan kalijaga menjadi perampok yang baik, ia merampok harta orang kaya kemudian dibagikannya kepada fakir dan miskin. Ia juga dikenal sebagai Lokajaya, yakni perempok yang sangat ditakuti saudagar-saudagar kaya.
Saat Ia bertemu dengan sunan bonang, dan akan berniat untuk merampoknya namun justru Sunan Kalijaga disadarkan dan mengikuti Sunan Bonang untuk menjadi muridnya. Kemudian sunan Kalijaga disuruh oleh gurunya sunan Bonang untuk bertapa di tepi sungai.
Setelah sekian lama berlalu, sunan Bonang hampir saja lupa kalau Ia pernah menyuruh Raden Mas Syahid bertapa di sungai. Dan ketika dihampiri, Raden Mas Syahid sudah berjenggot bahkan sampai ada sarang burungnya di kepalanya. Setelah itu Sunan Bonang mengajaknya untuk lebih mendalami ilmu Islam di pesantrennya.
Karena dari bertapa itulah Beliau dijuluki sunan Kalijaga, yakni sunan penjaga kali atau sungai. Beliau dalam mensyiarkan Islam menggunakan media seni, mengikuti jejak gurunya. Dalam menyebarkan agama Islam, wilayah Beliau tidak terbatas. Beliau sangat memperhatikan masyarakatnya sehingga semua lapisan masyarakat sangat simpati kepadanya. Sunan Kalijaga wafat pada abad 15 Masehi dan dimakamkan di Kadilangu, Demak Jawa Tengah.
7. Sunan Kudus (jafar Sodiq)
Sunan Kudus adalah putra dari Ustman Haji, yang merupakan salah seorang penyebar agama Islam di Jipang Panolan, Blora. Beliau menyebarkan agama Islam di daerah Kudus. Sunan Bonang juga ahli dalam bidang ilmu fiqih, ushul fiqih, tauhid, hadits, dan juga logika. Sunan kudus wafat pada tahun 1550 Masehi dan dimakamkan di pemakaman masjid Menara Kudus.
8. Sunan Muria (Raden Umar Said)
Sunan Muria adalah putra dari sunan Kalijaga. Ia menyebarkan agama Islam di daerah-daerah terpencil. Beliau menggunakan metode seni kesustraan jawa dalam menyebarkan Islam. Beliau menciptakan tembang Jawa yang berjudul Sinom dan Kinanti. Sunan Muria wafat pada abad 16 Masehi dan dimakamkan di gunung Muria Kudus.
9. Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah)
Sunan Gunung Jati adalah cucu dari pajajaran prabu siliwangi. Namun konon ada yang menceritakan bahwa sunan Gunung Jati berasal dari Samudera Pasai. Sunan Gunung Jati menyebarkan agama Islam di daerah Jawa Barat dan diterima dengan baik oleh masyarakatnya, dimana sebelumnya masyarakat Jawa memeluk agama nenek moyangnya yakni agama Hindu.
Sunan Gunung Jati juga mendirikan sebuah Pesantren Gunung Jati yang berada di Cirebon. Kemudian mendirikan Kesultanan Cirebon dan Banten. Sunan Gunung Jati wafat pada tahun 1570 Masehi dan dimakamkan di desa Astana, Gunung Jati, Cirebon.
Demikianlah penjelasan mengenai Sejarah Walisongo dan Nama-Nama Walisongo (Bahasan Lengkap). Semoga dapat bermanfaat dan menambah wawasan kita tentang Islam. Terimakasih 🙂