Syarah ‘Uqudllujain Pasal Dua, Tiga dan Empat – Pada kesmpatan kali ini Duta Dakwah masih menuliskan “Syarah ‘Uqudullujain”, Bagian awal Pasal dua, tiga dan empat. Dalam pasal-pasal tersebut menerang beberapa hal penting yang berkaitan erat dengan perjalanan rumah tangga.
Syarah ‘Uqudllujain Pasal Dua, Tiga dan Empat
Pada Risalah ini kami akan tuliskan Materi khusus buat renungan Pasangan Suami Istri, risalah ini kami tulis dari Kitab kecil yang bernama “’Uqudullujain”. Dan untuk lebih jelasnya mengenai prihal ini mari kita sama-sama ikuti uraiannya berikut ini:
Mukadimah
السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهْ
الْحَمْدُ ِللهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ الْعَزِيْزِ الْجَبَّارِ الَّذِيْ يَبْسُطُ يَدَهُ بِاللَّيْلِ لِيَتُوْبَ مُسِيْئُ النَّهَارِ، وَ يَبْسُطُ يَدَهُ بِاالنَّهَارِ لِيَتُوْبَ مُسِيْئُ اللَّيْلِ وَهُوَ الْعَلِيْمُ الْغَفَّارُ، أَشْهَدُ أَنْ لآ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةَ عُبَّادِهِ ذَوِى الْقُلُوْبِ وَاْلأَبْصَارِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ اُولِى اْلأَلْبَابِ وَاْلإِعْتِبَارِ، اللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ الْمُخْتَارِ، وَاٰلِهِ الْأَطْهَارِ، وَأَصْحَابِهِ الْأَخْيَارِ وَبَعْدُ
Puji dan Syukur senantiasa tetap kita panjatkan ke hadhirat Allah SWT Tuhan seru sekalian ‘alam, Sholawat dan salamnya semoga tetap tercurah ke haribaan Nabi Agung Muhammad s.a.w., keluarga dan shahabatnya semua, Amiin…
Saudarku seiman yang mempunyai keinginan membina rumahtangganya, mari kita sama-sama membaca, mempelajari dan mengamalak isi kanddungan kitab ini, in syaa allah kita dapat Pertolongan Robbinar-rohman Allah ‘Azza wa Jalla wa ‘ala kulli syai-ing qodir.
Pada bagian ketiga Syarah ‘Uqudllujain ini ada tiga pasal, yaitu Pasal dua, tiga dan empat yang membicarakan tentang hak-hak suami, Sholatb Perempuan di dalam rumah dan haramnya lelkai melihat perempuan, berikut mokodimah pasalnya.
PASAL KEDUA
الفَصْلُ الثَّانِيْ: فِيْ بَيَانِ (حُقُوْقِ الزَّوْجِ) الْوَاجِبَةِ (عَلَى الزَّوْجَةِ) وَهِيَ طَاعَةُ الزَّوْجِ فِيْ غَيْرِ مَعْصِيَةٍ، وَحُسْنُ الْمُعَاشَرَةِ، وَتَسْلِيْمُ نَفْسِهَا إِلَيْهَ، وَمُلَازِمَةُ الْبَيْتِ، وَصِيَانَةُ نَفْسِهَا مِنْ أَنْ تُوْطِئَ فِرَاشَهُ غَيْرُهُ، وَالْإِحْتِجَابُ عَنْ رُؤْيَةٍ أَجْنَبِيٍّ لِشَيْءٍ مِنْ بَدَنِهَا وَلَوْ وَجْهَهَا وَكَفَّيْهَا، إِذِ النَّظْرُ إِلَيْهِمَا حَرَامٌ وَلَوْ مَعَ انْتِفَاءِ الشَّهْوَةِ وَالْفِتْنَةِ، وَتَرْكُ مُطَالِبَتِهَا لَهُ بِمَا فَوْقَ الْحَاجَةِ وَلَوْ عَلِمَتْ قُدْرَتَهُ عَلَيْهِ، وَتَعْفِفُهَا عَنْ تَنَاوُلٍ مَا يَكْسِبُهُ مِنَ الْمَالِ الْحَرَامِ، وَعَدَمُ كِذْبِهَا عَلَى حَيْضِهَا وُجُوْدًا وَانْقِطَاعًا
Pasal kedua ini Menerangkan hak-hak suami yang wajib atas isterinya, yaitu: wajib ta’at pada suami yaitu pada perkara selain ma’syiat, menggaulli atau melayani suami dengan baik penuh adab dan etika, menyerahkan dirinya sepenuh jiwa dan raganya, tidak meninggalkan rumah atau tempat tinggal suaminya, menjaga dan memelihara kehormatan suami atas diri dan rumah tangganya, selalu menutupi badan serta auratnya dari pandangan laki-laki yang bukan muhrimnya, walaupun hanya sekedar wajah dan dua telapak tangannya, karena melihat aurat tersebut hukumnya haram walaupun tanpa syahwat dan aman dari fitnah, tidak meminta sesuatu yang diatas kemampuan suaminya walaupun suami mampu mengusahakan untuk mendapatkannya, memelihara diri serta agamanya dari mengkonsumsi makanan dari hasil usaha suami yang haram, tidak berbohong kepada suami tentang hal keadaan dirinya baik sedang dalam keadaan haidh atau telah putus haidhnya.
Pasal ini hanya pendahuluannya saja, dan untuk lebih jelasnya maka penting membacanya nanti pada pasal tersebut dibagian pasal kedua.
PASAL KETIGA
الفَصْلُ الثَالِثُ : فِيْ بيان (فَضْلِ صَلاَةِ الْمَرْأَةِ فِيْ بَيْتِهَا وَفِيْ أَنَّهَا) أي صلاة المرأة في بيتها (أَفْضَلُ مِنْ صَلاَتِهَا مَعَ النَّبِيِّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ). قال صلى الله عليه وسلم: أَقْرَبُ مَا تَكُوْنُ الْمَرْأَةُ مِنْ وَجْهِ رَبِّهَا إِذَا كَانَتْ فِيْ قَعْرِ بَيْتِهَا وَإِنَّ صَلاَتَهَا فِيْ صُحْنِ دَارِهَا أَفْضَلُ مِنْ صَلاَتِهَا فِيْ الْمَسْجِدِ، وَصَلاَتَهَا فِيْ بَيْتِهَا أَفْضَلُ مِنْ صَلاَتِهَا فِيْ صُحْنِ دَارِهَا، وَصَلاَتَهَا فِيْ مُخْدَعِهَا أَفْضَلُ مِنْ صَلاَتِهَا فِيْ بَيْتِهَا}. وَالْمُخْدُعُ بِضَمِّ الْمِيْمِ: بَيْتٌ فِيْ بَيْتٍ، وَذَلِكَ لِلسَّتْرِ
Pasal ketiga ini Menerangkan keutamaan sholat seorang isteri dirumahnya, bahkan diterangkan oleh mushonif bahwa sholatnya seorang isteri dirumahnya itu lebih utama daripada sholat berjama’ah bersama baginda nabi .s.a.w.
Rosulullah bersabda: keadaan yang paling dekat bagi seorang isteri dengan tuhannya yaitu ketika ia berada dalam rumahnya, dan sholatnya dirumah lebih utama daripada sholatnya di Mesjid, sholatnya istri dalam rumahnya itu lebih baik daripada sholatnya di ruang belakang rumahnya, dan sholat dikamarnya itu lebih baik daripada sholat dalam ruangan rumahnya.
(Lafadz “MUKHDU’” artinya kamar khusus di dalam rumah untuk ibadah atau ruangan yang ada di dalam rumah buat sholat) dan yang demikian itu tujuannya dalah agar lebih tertutup.
Pasal ketiga ini juga hanya pendahuluannya saja, dan untuk lebih jelasnya maka perlu dibaca pasal tersebut dibagian pasal ketiga.
PASAL KEEMPAT
الفَصْلُ الرَابِعُ: فِيْ بَيَانِ (حُرْمَةِ نَظَرِ الرَجُلِ إِلَى النِّسَاءِ الأَجْنَبِيَّاتِ وَالْعَكْسِ) أَيْ نَظْرُهُنَّ إِلَيْهِ، فِمَا يَحْرُمُ رَؤْيَتُهُ عَلَى الرَّجُلِ يَحْرُمُ رَؤْيَتُهُ عَلَى الْمَرْأَةِ مِنْهُ. وَالْمُرَاهِقُ فِيْ ذَلِكَ كَالرَّجُلِ، فَيَلْزِمُ وَلِيُّهُ مَنْعُهُ مِنَ النَّظْرِ إِلَى الْأَجْنَبِيَةِ، وَيَلْزِمُهَا الْإِحْتِجَابُ مِنْهُ. وَكَالْمَرْأَةِ فِيْ ذَلِكَ الْأَمْرَدُ الْجَمِيْلُ الْوَجْهِ، كَذَا فِي النِّهَايَةِ لِلشَّيْخِ مُحَمَّدٍ الْمِصْرِيِّ (وَ) في (مَا وَقَعَ فِيْهِ) أي النَّظْرِ (مِنَ الزَجْرِ) أَيْ الْمَنْعِ مِنَ الْكِتَابِ وَالْأَحَادِيْثِ
Pada Pasal keempat ini Kiayi Mushonif menerangkan hukum haramnya laki-laki melihat kepada yang bukan mahrom yakni kepada wanita ajnabiyyah dan begitu pula sebaliknya. Apa yang haram dilihat oleh laki-laki maka haram pula dilihat oleh wanita. Dan adapun murohiq itu dihukumi sama dengan laki-laki dewasa. (Murohiq artinya adalah anak yang sudah hampir baligh atau hampir dewasa).
Maka wajib bagi wali dari anak laki-laki yang sudah murohiq atau sudah baligh untuk melarangnya dari melihat perempuan yang bukan muhrimnya. Demikian juga wajib bagi wali atau orang tua dari anak perempuan yang sudah balighoh untuk memerintahkannya berhijab atau menutupi auratnya dari pandangan laki-laki yang bukan mahromnya, demikian yang disampaikan oleh Syeikh Muhammad Mishri dalam kitab Nihayah, dan menerangkan hukum larangan melihat sesuatu yang telah di nash oleh al-qur’an dan beberapa hadits.
Pasal keempat menerangkan hukum haramnya laki-laki melihat kepada yang bukan mahrom yakni kepada wanita ajnabiyyah dan begitu pula sebaliknya. ini juga hanya pendahuluannya saja, dan untuk lebih jelasnya maka perlu dibaca pasal tersebut dibagian pasal keempat.
Demikian Uraian kami tentang Mukadimah Syarah ‘Uqudllujain Pasal Dua, Tiga dan Empat – Semoga dapat memberikan semangat untuk membacanya pada pasal-pasal tersebut. dan mudah-mudahan nantinya bisa memberikan tambahan ilmu pengetahuan untuk kita semua sebagai Pasangan Suami Istri. Apabila Terjemahan kami ini terdapa salah atau keliru, kami moghon bantuannya untuk diluruskan sesuai arti yang sebanarnya. dan jika pembaca tidak sependapat, maka abaikan saja uraian kami ini.Terima kasih atas kunjungannya.
بِاللهِ التَّوْفِيْقُ وَالْهِدَايَةُ و الرِّضَا وَالْعِنَايَةُ وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهْ