Sejarah Puasa Asyura Yakni Tanggal Sepulum Muharram – Pada kesempatan ini Dutadakwah akan menjelaskan tentang Puasa Asyura. Yang mana menjelaskan sejarah tentang puasa atau shaum asyura yang bertepatan tanggal 10 Muharam dengan secara singkat dan jelas. Untuk lebih jelasnya silahkan simak ulasan berikut ini.
Sejarah Puasa Asyura Yakni Tanggal Sepulum Muharram
Shaum/puasa Asyura adalah shaum yang dilaksanakan tiap tanggal 10 di bulan Muharram dalam hitungan tahun Hijriyah. Kenapa ada shaum yang dilaksanakan di tanggal tersebut? Begini sejarahnya.
Sejarah Puasa Asyura
Pada masa jahiliyah, orang-orang Quraisy memiliki kebiasaan shaum di tanggal 10 tiap bulan Muharram. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun juga melaksanakan shaum itu saat masih berada di Mekah. Hal ini pernah diceritakan oleh Istri beliau, Aisyah radhiyallahu ‘anha. Beliau berkata,
أَنَّ قُرَيْشًا كَانَتْ تَصُومُ يَوْمَ عَاشُورَاءَ فِي الْجَاهِلِيَّةِ ثُمَّ أَمَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِصِيَامِهِ حَتَّى فُرِضَ رَمَضَانُ وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ شَاءَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ شَاءَ أَفْطَرَ
Artinya: “Bahwa orang-orang Quraisy pada zaman Jahiliyah biasa melaksanakan puasa hari ‘Asyura’. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan untuk melaksanakannya pula hingga datang kewajiban shaum Ramadhan. Dan kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Siapa yang mau melaksanakannya silakan dan siapa yang tidak mau juga tidak apa.” (Hadits Bukhari Nomor 1760)
Shaum Asyura yang diamalkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam saat di Mekah, hanya untuk beliau sendiri. Beliau tidak pernah sekalipun memerintahkan kepada para sahabatnya untuk mengamalkan shaum tersebut.
Stibanya Rasulullah di Madinah
Setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hijrah, saat di Madinah beliau melihat orang yahudi juga melakukan shaum itu. Bahkan, mereka juga menjadikan tanggal 10 Muharram sebagai hari raya istimewa. Orang Yahudi sangat memuliakan hari itu.
Mereka berargumen, bahwa hari 10 Muharram adalah hari di mana Allah ‘Azza wa Jallamenyelamatkan Nabi Musa dan kaumnya. Pada hari itu pula, Allah ‘Azza wa Jalla menenggelamkan Fir’aun beserta bala tentaranya.
Kisah ini tercantum dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma. Beliau berkata,
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ فَوَجَدَ الْيَهُودَ يَصُومُونَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَسُئِلُوا عَنْ ذَلِكَ فَقَالُوا هَذَا الْيَوْمُ الَّذِي أَظْهَرَ اللَّهُ فِيهِ مُوسَى وَبَنِي إِسْرَائِيلَ عَلَى فِرْعَوْنَ فَنَحْنُ نَصُومُهُ تَعْظِيمًا لَهُ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَحْنُ أَوْلَى بِمُوسَى مِنْكُمْ فَأَمَرَ بِصَوْمِهِ
Artinya: “Dari Ibnu Abbas radliallahu ‘anhuma, ia berkata; Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam belum lama tiba di Madinah, didapatinya orang-orang Yahudi berpuasa pada hari ‘Asyura`. Lalu mereka pun ditanya (alasan apa mereka berpuasa di hari itu). Mereka menjawab, “Hari ini adalah hari kemenangan Musa dan Bani Isra`il atas Fir’aun. Karena itu, kami puasa pada hari ini untuk menghormati Musa.” Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pun bersabda: “Sesungguhnya kami lebih pantas untuk memuliakan Musa daripada kalian.” lalu beliau perintahkan agar kaum muslimin puasa pada hari ‘Asyura`. (Hadits Muslim Nomor 1910)
Penjelasan Imam Nawai
Imam an-Nawawi rahimahullah menguatkan dengan penjelasannya;
“Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam biasa melakukan puasa ’Asyura di Makkah sebagaimana dilakukan pula oleh orang-orang Quraisy. Kemudian Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam tiba di Madinah dan menemukan orang Yahudi melakukan puasa ‘Asyura, lalu beliau shallallahu ’alaihi wa sallam pun juga tetap melakukannya.” (Al-Minhaj Syarh Muslim, 8/11)
Bukan Mengikuti Adat Jahiliyah
Terkait dengan shaum Asyura yang diamalkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau mengamalkan shaum tersebut berdasarkan oleh wahyu, bukan mengikuti adat orang-orang jahiliyah sebelumnya.
Imam an-Nawawi rahimahullah menjelaskan;
“Namun beliau melakukan puasa ini berdasarkan wahyu, berita mutawatir (dari jalur yang sangat banyak), atau dari ijtihad beliau, dan bukan semata-mata berita salah seorang dari mereka (orang Yahudi).” (Al-Minhaj Syarh Muslim, 8/11) Wallahu a’lam.
Ringkasan :
- Puasa/shaum Asyura adalah salah satu bentuk shaum sunnah berdasar syariat.
- Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengamalkan shaum Asyura berdasarkan wahyu, bukan mengikuti adat jahiliyah.
- Puasa/shaum Asyura dilaksanakan tiap tanggal 10 Muharram.
Demikian uraian materi tentang; Sejarah Puasa Asyura Yakni Tanggal Sepulum Muharram -Semoga dapat memberikan manfaat dan tambahan ilmu pengetahuan untuk kita semua. Terimakasih.