Sifat Wanita : Sebaik-baik Wanita dan Ruh Para Syuhada – Pada kesempatan kali ini Duta Dakwah akan menyajikan “Syarah ‘Uqudullujain”, Untuk bacaan Pasangan Suami Istri, dan ini mudah-mudahan menjadi inspirasi bagi Pasangan suami istri dalam mengamban rumah tangga, pada risalah inikita akan meneranmgkan tentang Ruh Para Syuhada dan Sebaik-baik sifat istri.
Sifat Wanita : Sebaik-baik Wanita dan Ruh Para Syuhada
Pada Risalah ini kami akan tuliskan Materi khusus buat renungan Pasangan Suami Istri, risalah ini kami tulis dari Kitab kecil yang bernama “’Uqudullujain”. Dan untuk lebih jelasnya mengenai prihal ini mari kita sama-sama ikuti uraiannya berikut ini:
Mukodimah
السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهْ
الْحَمْدُ ِللهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ الْعَزِيْزِ الْجَبَّارِ الَّذِيْ يَبْسُطُ يَدَهُ بِاللَّيْلِ لِيَتُوْبَ مُسِيْئُ النَّهَارِ، وَ يَبْسُطُ يَدَهُ بِاالنَّهَارِ لِيَتُوْبَ مُسِيْئُ اللَّيْلِ وَهُوَ الْعَلِيْمُ الْغَفَّارُ، أَشْهَدُ أَنْ لآ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِن فَيَا عِبَادَ اللهِ ! أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَىْ اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ وَأَحُثُّكُمْ وَنَفْسِيْ عَلَى طَاعَةِ اللهِ فِيْ كُلِّ وَقْتِ لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ، وَبَعْدُ،
Puji dan Syukur senantiasa tetap kita panjatkan ke hadhirat Allah SWT Tuhan seru sekalian ‘alam, Sholawat dan salamnya semoga tetap tercurahkan ke haribaan Nabi Agung Muhammad s.a.w., keluarga dan shahabatnya semua, Amiin…
Sebaik-baik Sifat Wanita
Sifat wanit yang terbaik adalah wanita yang taqwa dan ta’at kepada suami, dalam hal ini Sayidina Ali Karomallahu wajhahu beliau mengatakan:
خَيْرُ خِصَالِ النِّسَاءِ : الْبُخْلُ وَ الزَّهْوُ وَ الْجُبْنُ
Artinya: Sebaik-baik Sifat Wanita adalah Bakhil, sombong dan yang berhati lemah. Adapun yang dimakudkan dengan “bakhil” yakni Pelit maksudnya adalah ia tidak akan mudah memberi kepada siapa pun tanpa seizin dan sepengetahuan suaminya dai ian akan selalu menjaga harta suaminya.
Yang dimaksudkan dengan “Sombong” ini adalah ia tidak genit tdak carper kepada siapa pun kecuali hanya kepada suami. Dan kemudian yang dimaksudkan dengan “Berhati lemah” ini adalah ia akan selalu berhati-hati dalam bartindak dan tidak mudah mengambil jalan pintas.
Ruh Syuhada
Saudara saudariku seiman yang dirahmati Allah SWT. Begitu mulianya Para Syuhada hingga ruhnya mereka berada dalam perut burung hiaju ikut berterbangan ke sungai surga, kemudian bagaimana keterangannya ?, berikut inilah materi yang kami sampaikan:
Ruh Para Syuhada Berada Dalam Perut Burung Hijau
روى ابن عباس أنه صلى الله عليه وسلم قال: {أَرْوَاحُ الشُّهَدَاءِ فِيْ أَجْوَافِ طُيُوْرٍ خُضْرٍ تَرِدُ أَنْهَارَ الجَنَّةِ، وَتَأْكُلُ مِنْ ثِمَارِهَا، وَتَأْوِيْ إِلىَ قَنَادِيْلَ مُعَلَّقَةٍ فِيْ ظِلِّ العَرْشِ} (وَنَحْنُ مَعَاشِرَ النِّسَاءِ نَقُوْمُ عَلَيْهِمْ) أيْ بِالْخَدَمَةِ وَنَعِيْنُهُمْ عَلَى مَا هُمْ عَلَيْهِ. فَقَوْلُهُ: “نَحْنُ” مُبْتَدَأٌ، وَجُمْلَةُ “نَقُوْمُ” خَبَرُهُ. وَقَوْلُهُ: “مَعَاشِرَ” مَنْصُوْبٌ عَلَى الْإِخْتِصَاصِ أَيْ أَخُصُّ مَعَاشِرَ النِّسَاءِ (فَمَا لَنَا مِنْ ذَلِكَ ؟) أَيْ أَجْرِ الْجِهَادِ بِالْجَرَحِ وَالْقَتْلِ ؟
Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa Rosulallah telah bersabda: “Arwah para syuhada itu berada dalam perutnya burung yang hijau, mereka dibawa melintasi sungai-sungai disyurga, mereka makan dari buah-buahan syurga, dan mereka diajak hinggap di lampu-lampu yang tergantung dibawah naungan Arsy.
Para istri itu berkata lagi: “Dan kami, sekalian para istri mujahidin, kami membantu mereka untuk menyiapkan segala sesuatu yang menjadi kebutuhan perang, (Lafdz Nahnu itu jadi Mubtada, dan jaumlah lfadz “Naqumu” ituu menjadi Khibarnya, Perkataan Lafadz “Ma’asyiro” dinashabkan atas Ikhtishosh artinya: “Aku mengkhushushkan pada kelompok jama’ah perempuan) Lalu apa bagian kami dari ganjaran jihad tersebut” ?. maksudnya ganjaran jihad sebab terluka dan sebab gugurnya di medan jihad ?.
Apa Yang Bisa Mengimbangi Jihadnya Para Suami ?
(فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَبْلِغِيْ مَنْ لَقِيْتِ مِنَ النِّسَاءِ، أَنَّ طَاعَةَ الزَّوْجِ وَاعْتِرَافاً بِحَقِّهِ) أيْ إِقْرَارًا بِهِ (يَعْدِلُ ذَلِكَ) أَيْ يُمَاثِلُ الْجِهَادَ وَيُقُوْمُ مَقَامَهُ (وَقَلِيْلٌ مِنْكُنَّ مَنْ يَفْعَلُهُ) أَيْ طَاعَةَ الزَّوْجِ وَالْإِعْتِرَافَ بِحَقِّهِ. رَوَاهُ الْبَزَارِ وَالطَّبْرَانِيْ
Maka Rosulullah menjawab: “Sampaikanlah perkataanku kepada mereka, “Bahwa sesungguhnya taat kepada suami dan mengakui hak-haknya, artinya tetap penepati hak suami, itu dapat menyeimbangi ganjaran jihadnya para suami. Yakni hal itu pahalanya sama semisal jihad dan berdiri pada tempatnya. Dan hanya sedikit dari kalian yang mengerjakannya (yakni taatnya istri kepada suami dan mengakui hak-hak suami itu sedikit) HR. Al-Bazzaari dan Imam Thobrony.
قال اللهُ تَعَالَى فِي سُوْرَةِ النِّسَاءِ: {لِلرِّجَالِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبُوا وَلِلنِّسَاءِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبْنَ} أيْ لِلرِّجَالِ ثَوَاٌب بِسَبَبِ مَا عَمِلُوْا مِنَ الْجِهَادِ، وَلِلنِّسَاءِ ثَوَابٌ مِمَّا اكْتَسَبْنَ مِنْ حِفْظِ فُرُوْجِهِنَّ وَطَاعَةِ اللهِ وَطَاعَةِ أَزْوَاجِهِنَّ، فَالرِّجَالُ وَالنِّسَاءُ فِي الْأَجْرِ فِي الْآخِرَةِ سَوَاءٌ، وَذَلِكَ أَنَّ الْحَسَنَةَ تَكُوْنُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا، يَسْتَوِى فِيْ ذَلِكَ الرِّجَالِ وَالنِّسَاءِ، وَفَضْلُ الرِّجَالِ عَلَى النِّسَاءِ إِنَّمَا هُوَ فِي الدُّنْيَا. كَذَا قَالَهُ الشَرْبِيْنِيْ فِي تَفْسِيْرِهِ
Allah berfirman dalam surat An-Nisaa : “Bagi laki-laki adalah bagian dari apa yang mereka kerjakan, dan bagi wanita adalah bagian dari apa yang mereka kerjakan”. (bagi laki-laki mereka mendapat balasan serta ganjaran jihad, dan bagi para wanita/istri mendapat ganjaran dari apa yang mereka kerjakan yaitu dari memelihara farjinya/kehormatannya, taat kepada Allah dan kepada Suaminya. Ganjaran laki-laki dan wanita di akhirat adalah sama, demikian karena satu kebaikan dibalas dengan sepuluh kali lipat, dan itu sama bagi laki-laki dan wanita.
Dan adapun kelebihan atau keafdholan laki-laki atas wanita itu hanya terjadi di dunia saja. Demikian keterangan dalam tafsir Syirbiny.
Sejelek-jelek Urusan Lelaki Adalah Sebaik-baik Perkara Wanita
وَكَانَ عَلِيٌّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ يَقُوْلُ: شَرُّ خِصَالِ الرِّجَالِ) أَيْ صِفَاتِهِمْ (خَيْرُ خِصَالِ النِّسَاءِ: الْبُخْلُ) بِفَتْحِ الْبَاءِ وَالْخَاءِ الْمُعْجَمَةِ، أَوْ بِضَمٍّ وَسُكُوْنٍ، وَهُوَ مَنْعُ السَّائِلِ مِمَّا يَفْضُلُ (وَالزَّهْوُ) أَيْ الْإِعْجَابُ بِالنَّفْسِ (وَالْجُبْنُ) أيْ ضَعِفُ الْقَلْبِ
Sayyidina Ali karomallahu wajahahu berkata: Seburuk-buruknya sifat laki-laki adalah sebaik-baiknya sifat wanita, yaitu: Bakhil, (dengan dibaca fathah Bad an Kho yang bertitik, atau dengan dibaca dhomah dan sukun, artinya adalah ia melarang orang yang meminta-minta dari kelibihan hartanya), sombong (artinya membanggakan diri) dan malas (yakni lemah hati).
(فَإِنَّ الْمَرْأَةَ إِذَا كَانَتْ بَخِيْلَةً حَفِظَتْ مَالَهَا وَ مَالَ زَوْجِهَا)
Sebab Apabila seorang istri itu bakhil/pelit, maka ia akan biasa memelihara/menjaga hartanya dan harta suaminya.
وَإِذَا كَانَتْ مَزْهُوَّةً) أي مُتَكَبِّرَةً (اسْتَنْكَفَتْ) أيْ اِمْتَنَعَتْ مِنْ (أَنْ تُكَلِّمَ) أَيْ الْمَرْأَةُ (كُلَّ أَحَدٍ بِكَلاَمٍ لَيِّنٍ مُرِيْبٍ) أَيْ مَوْقِعِ فِيْ التُّهْمَةِ)
Dan bila seorang istri berlaku sombong, maka ia akan bisa mencegah untuk berbicara pada setiap orang dengan kata-kata yang lembut yang mencurigakan (yakni yang jatuh pada prasangka yang salah).
وَإِذَا كَانَتْ جَبَّانَةً) أي ضَعِيْفَةَ الْقَلْبِ. وَالْأَفْصَحُ: “جَبَّانٌ” بِدُوْنَ التَّاءِ (فَرِقَتْ ) بِكَسْرِ الرَّاءِ أَيْ خَافَتْ (مِنْ كُلِّ شَيْءٍ، فَلَمْ تَخْرُجْ مِنْ بَيْتِهَا) أَيْ مَحَلِ إِقَامَتِهَا (وَاتَّقَتْ) أَيْ تَجَنَبَتْ (مَوَاضِعَ التُّهَمِ) أيْ الظُّنُوْنِ (خِيْفَةً مِنْ زَوْجِهَا). وَقَالَ دَاوُدُ عَلَيْهِ السَّلَامُ: {المَرْأَةُ السُّوْءُ عَلَى بَعْلِهَا كَالحمل الثَّقِيْلِ عَلَى الشَيْخِ الْكَبِيْرِ. والمَرْأَةُ الصَالِحَةُ كَالتَّاجِ الْمُرَصَّعِ بِالذَهَبِ، كُلّمَا رَآهَا قَرَّتْ عَيْنُهُ بِرُؤْيَتها
Dan apabila seorang istri sedang mengalami “down”/lemah hati, (yang afshoh itu dibaca “JABANUN” tanpa Ta), maka ia akan merasa takut dari semua perkara, hingga ia tidak berani keluar rumah, yakni dari tempat tinggalnya, dan menjauhi hal-hal yang mengundang prasangka buruk dari orang lain karena takut kepada suaminya.
Nabi Dawud a.s. berkata: “Seorang istri yang buruk bagi suaminya itu sama seperti pikulan yang sangat berat bagi orang yang sudah tua renta, dan istri yang sholihah itu sama seperti mahkota yang berteteskan emas, ketika suami memandangnya, maka bahagia dan tentram serta nyaman dengan memandangnya”
Demikian Uraian kami tentang Sifat Wanita : Sebaik-baik Wanita dan Ruh Para Syuhada – Semoga dapat bermanfaat dan memberikan tambahan ilmu pengetahuan untuk kita semua sebagai Pasangan Suami Istri. Abaikan saja uraian kami ini jika pembaca tidak sependapat.Terima kasih atas kunjungannya.
بِاللهِ التَّوْفِيْقُ وَالْهِدَايَةُ و الرِّضَا وَالْعِنَايَةُ وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهْ