Memberi Nasehat Terbaik Kepada Kelurga – Pada kesmpat kali ini Dutadakwah akan menyampaikan tentang Seorang Suami harus bisa memberikan nasehat yang terbaik kepada keluarganya, Tema ini merupakan lanjutan dari Tema sebelumnya iaitu tentang: Jangan Biarkan Istri Seperti Yang Terkatung-katung.
Memberi Nasehat Terbaik Kepada Kelurga
Pada Risalah ini kami akan tuliskan Materi sesuai Tema tesebut sebagai lanjutan Tema sebelumnya In Syaa Allah. Untuk lebih jelasnya mengenai prihal ini mari kita sama-sama ikuti uraian berikut ini:
Mukodimah
السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهْ الحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لاإِلهَ إِلا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ إِيَّاهُ نَعْبُدُ وِإِيَّاهُ نَسْتَعِيْنُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَرْسَلَهُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ، أَمَّا بَعْدُ
Puji dan Syukur senantiasa tetap kita panjatkan ke hadhirat Allah SWT Tuhan seru sekalian ‘alam, Sholawat dan salamnya semoga tetap tercurah ke haribaan Nabi Agung Muhammad s.a.w., keluarga dan shahabatnya semua, Amiin…
Saudarku seiman Sebagai Kepala Rumah Tangga memang mempunyai beban yang sangat berat, karena ia adalah sebagai penanggung jawa utama di hadapan Allah ta’ala dunia dan akhirat, oleh karena itu tetaplah kiat harus beruasaha sebisa mungkin dengan cara banyak-banyak belajar untuk menjadi yang terbaik.
Memberi Nasehat Kepada Kelurga
Seseorang Mukmin Lelaki Itu Tidak Bole Membenci Mukmin Perempuan
Sabda Rasulullah s.a.w. sebagai berikut:
وَعَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ زَمْعَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْطُبُ وَذَكَرَ النَّاقَةَ وَالَّذِيْ عَقَرَهَا فَقَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {إِذِ انْبَعَثَ أَشْقَاهَا}: اِنْبَعَثَ لَهَا رَجُلٌ عَزِيْزٌ، عَارِمٌ، مَنِيْعٌ فِيْ رَهْطِهِ. ثُمَّ ذَكَرَ النِّسَاءَ فَوَعَظَ فِيْهِنَّ فَقَالَ: يَعْمِدُ أَحَدُكُمْ فَيْجْلِدُ اِمْرَأَتَهُ جِلْدَ الْعَبْدِ، فَلَعَلَّهُ يَضَاجِعُهَا مِنْ آخِرِ يَوْمِهِ، ثُمَّ وَعَظَهُمْ فِيْ ضَحِكِهِمْ مِنَ الضَّرْطَةِ فَقَالَ: لِمَ يَضْحَكُ أَحَدُكُمْ مِمَّا يَفْعَلُ؟، مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ، و (العارم) بالعين المهملة والراء: هو الشَّرِيْرُ الْمُفْسِدُ. وقوله (انبعث) أي قَامَ بِسُرْعَةٍ. (نقلته من رياض الصالحين باب الوصية بالنساء، صحيفة، 93) ه
Artinya: Dari Abdullah bin Zam’ah r.a. bahawasanya ia mendengar Nabi s.a.w. berkhutbah dan menyebutkan perihal unta – mu’jizat Nabi Shalih a.s. – serta orang yang menyembelihnya, kemudian Rasulullah s.a.w. bersabda, membacakan firman Allah – yang artinya: “Ketika bangkit dengan cepat – untuk melakukan kejahatan membunuh unta itu – orang yang tercelaka di kalangan mereka – kaum Tsamud.” (QS. as-Syams: 12).
Untuk menyembelih itu bangkitlah dengan cepatnya seorang lelaki yang perkasa, jahat perangainya serta perusak, pula memiliki kekuasaan di kalangan kelompoknya.
Selanjutnya beliau s.a.w. menyebutkan perihal kaum wanita, lalu memberikan nasihat dalam persoalan wanita itu, kemudian bersabda: “Ada seseorang dari engkau semua bersengaja benar – hendak menyakiti istrinya – lalu menyebat – memukul – istrinya itu sebagai menyebat seseorang hamba sahaya, tetapi barangkali pada akhir harinya ia menyetubuhinya.”
Seterusnya beliau s.a.w. menasihati orang-orang itu dalam hal ketawa mereka dari kentut, lalu bersabda: “Mengapa seseorang dari engkau semua itu ketawa dari apa yang dilakukan itu?” (maksudnya: “Bukankah ketawa dari sebab kentut itu menyalahi keperwiraan diri).” (Muttafaq ‘alaih). (Kutipan dari Riyadhus Sholihin Bab Wasiat bin Nisa-i, hal; 93)
Kemudian Sabdanya lagi:
وَعَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ، قَالَ رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَا يَفْرُكُ مُؤْمِنٌ مُؤْمِنَةً، إِنْ كَرِهَ مِنْهَا خُلُقاً رَضِيَ مِنْهَا آخَرَ أَوْ قَالَ غَيْرَهُ، رَوَاهُ مُسْلِمٌ. ه
وقوله {يَفْرَكُ} هو بفتح الباء وإسكانِ الفاءِ وفتحِ الراءِ معنَاهُ: يَبْغُضُ. يُقَالُ: فَرِكَتِ الْمَرْأَةُ زَوْجَهَا وَفَرِكَهَا زَوْجُهَا. بِكَسْرِ الرَّاءِ يَفْرَكُهَا: أَيْ أَبْغَضَهَا، والله أعلم
Artinya: Dari Abu Hurairah r.a., katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Janganlah seseorang mukmin lelaki itu membenci seseorang mukmin perempuan, sebab jikalau ia tidak senang dari wanita itu tentang suatu budi pekartinya, tentunya ia akan merasa senang dari budi pekartinya yang lain, atau dari budi pekerti yang selain dibencinya itu.” (Riwayat Muslim)
Sabda Nabi s.a.w. “Yafraku”, dengan fathahnya ya’, sukunnya fa’ dan fathahnya ra’, artinya: “membenci”. Dalam bahasa Arab dikatakan: “Wanita itu membenci dan suaminya juga membenci istrinya. Ra’nya dikasrahkan (dalam fi’il madhi), sedang “Yafraku”, ra’nya difathahkan (dalam fi’il mudhari’). Maknanya: Sudah membenci dan sedang membenci. Wallahu A’lam.
Pesan Nabi Pada Haji Wada’
وَعَنْ عَمْرٍو بْنِ الْأَحْوَصِ الْجُشَمِي رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم فِيْ حَجَّةِ الْوَدَاعِ يَقُوْلُ بَعْدَ أَنْ حَمِدَ اللَّه تَعَالَى وَأَثْنَى عَلَيْهِ وَذَكَرَ وَوَعِظَ، ثُمَّ قَالَ: أَلَّا وَاسْتَوْصَوْا بِالنِّسَاءِ خَيْراً فَإِنَّمَا هُنَّ عَوَانٍ عِنْدَكُمْ، لَيْسَ تَمْلِكُوْنَ مِنْهُنَّ شَيْئًا غَيْرَ ذَلِكَ، إِلَّا أَنْ يَأْتِيَنَّ بِفَاحِشَةٍ مُبَيِّنَةٍ، فَإِنْ فَعَلْنَ فَاهْجُرُوْهُنَّ فِي الْمَضَاجِعِ، وَاضْرِبُوْهُنَّ ضَرْباً غَيْرَ مُبَرِّحٍ، فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُوْا عَلَيْهِنَّ سَبِيْلاً. أَلَا إِنَّ لَكُمْ عَلَى نِسَائِكُمْ حَقًّا، وَلِنِسَائِكُمْ عَلَيْكُمْ حَقًّا: فَحَقُّكُمْ عَلَيْهِنَّ أَنْ لَا يُوْطِئْنَ فُرُشَكُمْ مَنْ تَكْرَهُوْنَ، وَلَا يَأْذَنَّ فِيْ بُيُوْتِكُمْ لِمَنْ تَكْرَهُوْنَ. أَلَا وَحَقُّهُنَّ عَلَيْكُمْ أَنْ تَحْسَنُوْا إِلَيْهِنَّ فِيْ كِسْوَتِهِنَّ وَطَعَامِهِنَّ، رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ وَقَالَ حَدِيْثٌ حَسَنٌ صحيح
Artinya: Dari ‘Amr al-Ahwash al-Jusyami r.a. bahwasanya ia men-dengar Nabi s.a.w. dalam haji wada’ bersabda, setelah bertahmid serta memuji kepada Allah, memberikan peringatan dan nasihat, demikian sabda beliau, selanjutnya: “Ingatlah. Dan berwasiatlah engkau semua kepada kaum wanita dengan yang baik-baik, sebab hanyasanya mereka itu adalah sebagai tawanan di sisimu semua. Engkau semua tidak memiliki sesuatu apapun dari mereka itu selain yangtersebut tadi, melainkan jikalau mereka mendatangi perbuatan buruk yang nyata – seperti tidak mentaati suaminya atau buruk cara bergaulnya. Jikalau kaum wanita itu berbuat demikian, maka tinggalkanlah mereka dalam seketiduran dan pukullah mereka dengan pukulan yang tidak menyakiti. Tetapi jikalau mereka telah kembali taat padamu semua, maka janganlah mencari-cari jalan untuk menyakiti mereka itu.
Ingatlah, bahawasanya bagimu atas istri-istrimu semua itu ada haknya, sebaliknya bagi istri-istrimu atasmu semua itupun ada haknya. Hakmu yang wajib mereka penuhi ialah jangan sampai mereka memberikan tempat hamparanmu kepada orang yang engkau tidak senangi -maksudnya: jangan sampai wanita-wanita itu duduk menyendiri dengan kaum lelaki lain, jangan pula memberi izin masuk ke rumahmu kepada orang yang tidak engkau semua senangi. Ingatlah, tentang hak mereka yang wajib engkau semua penuhi ialah supaya engkau semua berbuat baik kepada mereka dalam hal pakaian serta makanan mereka.” Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahawa ini adalah Hadis hasan shahih. (Kutipan dari Kitab Riyadhus Sholihin)
قَوْلُهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ <عَوَانٍ> : أَيْ أَسِيْرَاتٌ. جَمْعُ عَانِيَةٍ، بِالْعَيْنِ الْمُهْمَلَةِ وَهِيَ: الْأَسِيْرَةُ. وَالْعَانِي: الْأَسِيْرُ. شَبَهَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم الْمَرْأَةَ فِي دُخُوْلِهَا تَحْتَ حُكْمِ الزَّوْجِ بِالْأَسِيْرِ. وَ <الضَّرْبُ الْمُبَرِّحُ> : هُوَ الشَّاقُ الشَّدِيْدُ. وَقَوْلُهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ <فَلَا تَبْغُوْا عَلَيْهِنَّ سَبِيْلاً> : أَيْ لَا تَطْلُبُوْا طَرِيْقاً تَحْتَجُّوْنَ بِهِ عَلَيْهِنَّ وَتُؤْذُوْنَهُنَّ بِهِ، والله أعلم.
Sabda Rasulullah s.a.w.: ‘Awanin artinya tawanan, jama’nya lafaz ‘aniah dengan ‘ain muhmalah, maksudnya wanita yang tertawan. Al’ani artinya lelaki yang tertawan. Rasulullah s.a.w. menyamakan wanita yang sudah menjadi istri itu seperti tawanan suaminya, kerana wanita itu sudah masuk sama sekali di bawah kekuasaan suaminya itu.
(Adhdharbul mubarrih), iaitu yang amat sangat menyakitkan. Sabda beliau s.a.w.: Fala tabghu ‘alaihinna sabila artinya: jangan engkau semua mencari-cari jalan untuk membuat-buat alasan hendak menyusahkan kaum istri itu atau menyakiti mereka. Wallahu ‘alarm.
Para Pembaca yang dirahmati Allah SWT, pembahsan ini masi bersambung ke pembahasan beikutnya iaitu tentang; Memberi Nasehat yang Terbaik Kepada Kelurga, oleh karena itu kami saranka agar kiranya pembaca klik saja link ini: Hak Suami Atas Istri (Yang Wajib Dipenuhi Oleh Istri).
Demikian Uraian kami tentang Memberi Nasehat Terbaik Kepada Kelurga – Semoga bermanfaat dan memberikan tambahan ilmu pengetahuan untuk kita semua sebagai para suami. Abaikan saja uraia kami ini jika pembaca tidak sependapat.Terima kasih atas kunjungannya.
بِاللهِ التَّوْفِيْقُ وَالْهِدَايَةُ و الرِّضَا وَالْعِنَايَةُ وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهْ