Suami Wajib Memberi Nafkah Keluarga Dalil & Rinciannya – Pada kesmpatan kali ini Duta Dakwah akan menyampaikan tentang Kewajiban Suami untuk memberikan nafkah keluarga, karena anak dan istri merupakan kewajiban Kepala Keluarga dalam hal memberikan Sandang dan Pangan.
Suami Wajib Memberi Nafkah Keluarga Dalil & Rinciannya
Pada Risalah ini kami akan tuliskan Materi yang sesuai dengan Judul tesebut In Syaa Allah. Dan untuk lebih jelasnya mengenai prihal ini mari kita sama-sama ikuti uraian berikut ini:
Mukodimah
السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهْ
الْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ خَلَقَ مِنَ الْمَآءِ بَشَرًا، فَجَعَلَهُ نَسَبًا وَّصِهْرًا، وَكَانَ رَبُّكَ قَدِيْرًا. وَأَشْهَدُ أَنْ لآ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ أَفْضَلِ الْخَلْقِ وَالْوَرَى، وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ صَلاَةً وَسَلاَمًا كَثِيْرًا. أَمَّا بَعْدُ، أَمَّا بَعْدُ
Puji dan Syukur senantiasa tetap kita panjatkan ke hadhirat Allah SWT Tuhan seru sekalian ‘alam, Sholawat dan salamnya semoga tetap tercurah ke haribaan Nabi Agung Muhammad s.a.w., keluarga dan shahabatnya semua, Amiin…
Saudarku seiman, Mengenai Pembahsan tentang Kewajiban Suami untuk memberikan nafkah keluarga ini ada beberapa keterangan secara singkat akan kami sampaikan
Nafkah Keluarga
Suami Wajib Memberi Nafkah Keluarga dan Suami adalah Kepala Rumah tangga yang berkewajiban memberikan nafkah kepada keluarganya, sebagamana diterang dalam Firman Allah SWT:
قال اللَّه تعالى (البقرة 233): { وَعلَى الْمَوْلُودِ لَهُ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ }
Allah Ta’ala berfirman: “Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf.” (QS. al-Baqarah: 233)
Allah Ta’ala berfirman lagi:
وقال تعالى (الطلاق 7): { لِيُنفِقْ ذُو سَعَةٍ مِّن سَعَتِهِ وَمَن قُدِرَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ فَلْيُنفِقْ مِمَّا آتَاهُ اللَّهُ لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْساً إِلَّا مَا آتَاهَا سَيَجْعَلُ اللَّهُ بَعْدَ عُسْرٍ يُسْراً
Artinya: “Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezkinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan..” (QS. at-Thalaq: 7)
Juga Allah Ta’ala berfirman:
وقال تعالى (سبأ 39): قُلْ إِنَّ رَبِّي يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَن يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ لَهُ وَمَا أَنفَقْتُم مِّن شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ
Artinya: Katakanlah, “Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)”. Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah Pemberi rezki yang sebaik-baiknya. (QS. Saba’: 39)
Uang Belanja Untuk Keluarga
Kepala Rumah tangga memberi uang belanja buat keluarganya pahalanya tentu akan lebih besar ketimbang ia membelanjakannya dalam perjuangan di jalan Allah. Dalam hal ini Rasulullah Sollallahu ‘alaihi wa salam bersabda:
وَعَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ، قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: دِيْنَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِيْ سَبِيْلِ اللَّهِ، وَدِيْنَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِيْ رَقَبَةٍ، وَدِيْنَارٌ تَصَدَّقْتَ بِهِ عَلَى مِسْكِيْنٍ، وَدِيْنَارٌ أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ؛ أَعْظَمُهَا أَجْراً الَّذِيْ أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ، رَوَاهُ مُسْلِمٌ. ﯁
Artinya: Dari Abu Hurairah r.a., katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Sebuah dinar yang engkau belanjakan untuk perjuangan fisabilillah, sebuah dinar yang engkau belanjakan untuk seseorang hamba sahaya – lalu dapat segera merdeka, sebuah dinar yang engkau sedekahkan kepada seseorang miskin dan sebuah dinar yang engkau nafkahkan kepada keluargamu, maka yang terbesar pahalanya ialah yang engkau nafkahkan kepada keluargamu itu.” (Riwayat Muslim) (Kutipan dari Riyadhus Sholihin Nafaqah ‘alal-‘iyal, hal. 96)
Sabdanya Lagi:
وَعَنْ أَبِيْ عَبْدِ اللَّهِ وَيُقَالُ لَهُ: أَبِيْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ ثَوْبَانَ بْنِ بُجْدُدَ مَوْلَى رَسُوْلِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ، قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَفْضَلُ دِيْنَارٍ يُنْفِقُهُ الرَّجُلُ دِيْنَارٌ يُنْفِقُهُ عَلَى عِيَالِهِ، وَدِيْنَارٌ يُنْفِقُهُ عَلَى دَابَتِهِ فِيْ سَبِيْلِ اللَّهِ، وَدِيْنَارٌ يُنْفِقُهُ عَلَى أَصْحَابِهِ فِيْ سَبِيْلِ اللَّهِ، رَوَاهُ مُسْلِمٌ . ﯁ (نقلته من رياض الصالحين باب نفقة على العيال، صحيفة، ٩٦) ﯁
Artinya: Dari Abu Abdillah (ada yang mengatakan namanya itu ialah Abu Abdirrahman) iaitu Tsauban bin Bujdud, yakni hamba sahaya Rasulullah s.a.w., katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Seutama-utama dinar yang dinafkahkan oleh seseorang lelaki ialah dinar yang dinafkahkan kepada keluarganya, dan juga dinar yang dinafkahkan kepada kenderaannya untuk berjuang fi-sabilillah dan pula yang dinafkahkan kepada sahabat-sahabatnya untuk berjuang fisabilillah juga.” (Riwayat Muslim)
Kemudian Sbadanya pula:
وَعَنْ أُمِّ سَلَمَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: قَلْتُ يَا رَسُوْلَ اللَّهِ هَلْ لِيْ أَجْرٌ فِيْ بَنِيْ أَبِيْ سَلَمَةَ أَنْ أَنْفَقَ عَلَيْهِمْ وَلَسْتُ بِتَارِكَتِهِمْ هَكَذَا وَهَكَذَا إِنَّمَا هُمْ بَنِيْ؟ فَقَالَ: نَعَمْ لَكِ أَجْرٌ مَا أَنْفَقْتِ عَلَيْهِمْ، مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.
Artinya: Dari Ummu Salamah radhiallahu ‘anha, katanya: “Saya bertanya: “Ya Rasulullah, adakah saya dapat memperolehi pahala jikalau saya menafkahi anak-anak Abu Salamah dan saya tidak membiarkan mereka berpisah begini begitu – yakni bercerai berai ke sana ke mari untuk mencari nafkahnya sendiri-sendiri, sebab hanyasanya mereka itu anak-anak saya juga – kerana Abu Salamah adalah suaminya Ummu Salamah.” Beliau s.a.w. menjawab: “Ya, engkau memperolehi pahala dari apa yang engkau nafkahkan kepada anak-anak itu.” (Muttafaq ‘alaih)
Sabda Rasulullah SAW:
وَعَنْ سَعْدِ بْنِ أَبِيْ وَقَاصٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ فِيْ حَدِيْثِهِ الطَّوِيْلِ الَّذِيْ قَدَّمْنَاهُ (انظر الحديث رقم 6) فِيْ أَوَّلِ الْكِتَابِ فِيْ بَابِ النِّيَّةِ أَنَّ رَسُوْلَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَهُ: وَإِنَّكَ لَنْ تُنْفِقَ نَفَقَةً تَبْتَغِيْ بِهَا وَجْهَ اللَّهِ إِلَّا أُجِرْتَ بِهَا حَتَّى مَا تَجْعَلُ فِيْ فِيَ اِمْرَأَتِكَ، مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ. ﯁
Artinya: Dari Sa’ad bin Abu Waqqash r.a. dalam Hadisnya yang panjang yang sudah kami uraikan sebelum ini dalam permulaan kitab, iaitu dalam bab niat, bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda kepadanya – Sa’ad – iaitu: “Sesungguhnya engkau tiada menafkahkan sesuatu nafkahpun yang dengannya itu engkau mencari keridhoan Allah, melainkan engkau pasti diberi pahala kerana pemberian nafkahmu tadi, sampai pun sesuatu yang engkau jadikan untuk makanan mulut isterimu.” (Muttafaq ‘alaih)
Pahala Memberi nafkah dan Dosa Membiarkannya
Suami Memberikan Nafkah pasti mendapt balasan pahala, namun sebaliknya jika dia tidak bertanggung jawab kepada keluargannya maka dosa pula yang ia teroma. Sebagaimana sabda rasulullah Sollallahu ‘alaihi salam:
وَعَنْ أَبِيْ مَسْعُوْدٍ الْبَدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِذَا أَنْفَقَ الرَّجُلُ عَلَى أَهْلِهِ يَحْتَسِبُهَا فَهُوَ لَهُ صَدَقَةٌ، مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ. ﯁
Artinya: Dari Mas’ud al-Badri r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: “Jikalau seseorang lelaki memberikan nafkah kepada keluarganya dengan niat mengharapkan keredhaan Allah, maka apa yang dinafkahkan itu adalah sebagai sedekah baginya – yakni mendapat kan pahala seperti orang yang bersedekah.” (Muttafaq ‘alaih)
وَعَنْ أَبِيْ مَسْعُوْدٍ الْبَدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِذَا أَنْفَقَوَعَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ، قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: كَفَى بِالْمَرْءِ إِثْماً أَنْ يُضَيِّعَ مَنْ يَقُوْتُ، حديثٌ صحيحٌ رواه أبو داود وغيرُهُ. ورَوَاهُ مُسْلِمٌ في صحيحه بمعناهُ قال: كَفَى بِالْمَرْءِ إِثْماً أَنْ يَحْبِسَ عَمَنْ يَمْلِكُ قُوَّتَهُ . ﯁ (نقلته من رياض الصالحين باب نفقة على العيال، صحيفة، ٩٧) ﯁
Artunya: Dari Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash radhiallahu ‘anhuma, katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Cukuplah seseorang menanggung dosa, jikalau ia menyia-nyiakan orang yang wajib ditanggung makannya.” Hadis shahih yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dan lain-lain. Dan juga diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam shahihnya dengan pengertian sebagaimana di atas itu, iaitu sabda Rasulullah s.a.w.: “Cukuplah seseorang itu menanggung dosa, jikalau ia menahan – tidak memberikan makan – kepada orang yang menjadi miliknya – tanggungannya.”
Doa Dua Malaikat Untuk Pemberi Nafkah dan Yang Tidak
Apa yang sudah suami berikan untuk nafkah keluarganya itu akan mendapatkan doanya Malikat, demikian juaga dengan suami yang enggan member nafkah keluarga, sebgaiman diterangkan dalam ahdits:
وَعَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَا مِنْ يَوْمَ يُصْبِحُ الْعِبَادُ فِيْهِ إِلَّا مَلَكَانِ يَنْزِلَانِ فَيَقُوْلُ أَحَدُهُمَا: اللّٰهُمَّ أعْطِ مُنْفِقاً خَلَفاً، وَيَقُوْلُ الْآخَرُ: اللّٰهُمَّ أعْطِ مُمْسِكاً تَلَفاً، مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.﯁
Artinya: Dari Abu Hurairah r.a. bahawasanya Nabi s.a.w. bersabda: “Tiada suatu hari pun yang semua hamba Allah berpagi-pagi pada hari itu, melainkan ada dua malaikat yang turun – ke bumi, yang satu berkata: “Ya Allah, berikanlah kepada orang yang memberikan nafkah akan gantinya,” sedang yang lainnya berkata: “Ya Allah, berikanlah kepada orang yang menahan – hartanya dan enggan menafkahkan akan kerosakan – menjadi habis sama sekali.” (Muttafaq ‘alaih)
Dan Sabdanya juga:
وَعَنْهُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: الْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرُ مِنَ الْيَدِ السُّفْلَى، وَابْدَأْ بِمَنْ تَعُوْلُ، وَخَيْرُ الصَّدَقَةِ مَا كَانَ عَنْ ظَهْرِ غَنًى، وَمَنْ يَسْتَعْفِفُ يُعِفَّهُ اللَّهُ، وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اللَّهُ، رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ ﯁
Artinya: Dari Abu Hurairah r.a. pula bahawasanya Nabi s.a.w. bersabda: “Tangan bahagian atas itu lebih baik dari tangan bagian bawah – yakni yang memberi lebih baik daripada yang diberi. Dan mulailah dahulu dengan orang yang menjadi keluargamu. Sebaik-baik sedekah ialah yang diberikan di luar keperluan – yakni bahwa dirinya sendiri sudah cukup untuk kepentingannya dan kepentingan keluarganya. Barangsiapa yang menahan diri – tidak sampai meminta sekalipun miskin, maka Allah akan mencukupkan kebutuhannya dan barangsiapa yang merasa kaya – merasa cukup dengan apa yang ada disisinya, maka Allah akan membuatnya kaya – cukup dari segala keperluannya.” (Riwayat Bukhari)
Demikian Uraian kami tentang Suami Wajib Memberi Nafkah Keluarga Dalil & Rinciannya – Semoga dapat bermanfaat dan memberikan tambahan ilmu pengetahuan untuk kita semua sebagai para suami. Abaikan saja uraia kami ini jika pembaca tidak sependapat.Terima kasih atas kunjungannya.
بِاللهِ التَّوْفِيْقُ وَالْهِدَايَةُ و الرِّضَا وَالْعِنَايَةُ وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهْ