Kita Sebagai Manusia Yang Selalu Lalai

Kita Sebagai Manusia Yang Selalu Lalai – Pada kesempatan ini Dutadakwah akan membahas tentang Manusia. Yang mana dalam pembahasan kali ini menjelaskan mengapa kita sebagai manusia selalu lalai dalam melaksanakan sesuatu dengan secara jelas dan singkat. Untuk lebih jelasnya silahkan simak ulasan berikut ini dengan seksama.

Kita Sebagai Manusia Yang Selalu Lalai

Tak bosan-bosannya kita memanjatkan puji syukur kepada Allah atas limpahan rahmat dan karunia sehingga terus berada dalam keadaan sehat wal afiat dan diberi umur panjang. Lebih dari itu semua, Allah masih memberikan kepada kita nikmat iman dan Islam yang patut kita syukuri dengan meningkatkan ketakwaan kita pada Allah. Allah Ta’ala juga memerintahkan kepada kita untuk muhasabah diri dengan memperbaiki ketakwaan kita.

Perhatikan Apa Yang telah Diperbuat

Allah Ta’ala telah mengingatkan kepada hamba-hambaNya yang beriman, agar selalu meperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok. Sebgaimana FirmanNya:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr Ayat 18)

Maksud ayat ini kata Ibnu Katsir dalam Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim,

Artinya : “Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab. Lihatlah apa yang telah kalian siapkan untuk diri kalian berupa amal shalih untuk hari di mana kalian akan kembali dan setiap amal kalian akan dihadapkan kepada Allah.”

Ibnul Jauzi Berkata

Ibnul Jauzi dalam Zaad Al-Masiir berkata, “Supaya salah seorang di antara kalian melihat apa saja amalan yang telah ia siapkan. Apakah yang ia siapkan adalah amalan shalih yang dapat menyelamatkan dirinya ataukah amalan kejelekan yang dapat membinasakannya?”

Kita kurang memperhatikan ibadah wajib. Kalau pun memperhatikan ibadah wajib, pasti ada kekurangan dalam yang sunnah atau kita merasa “sudah lah cukup dengan wajib saja”. Kebiasaan kita juga menganggap maksiat bahkan dosa besar sebagai hal yang biasa.

Lebih-lebih ada yang tidak beriman pada Allah, maka kelalaiannya sampai pada taraf yang sempurna, tidak mengingat akhirat sama sekali, hidupnya layaknya binatang ternak, hanya paham makan, minum, tidur, bersenang-senang dan istirahat. Inilah yang Allah sebutkan,

Artinya : “Dan orang-orang kafir bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang. Dan jahannam adalah tempat tinggal mereka.” (QS. Muhammad Ayat 12)

Jangan-jangan kita yang mengaku sebagai muslim, keadaannya malah seperti binatang ternak di atas. Na’udzu billah min dzalik.

Sebab yang membuat kita bisa berada dalam ghaflah (kelalaian)

Pertama: Ingin terus rehat atau beristirahat.

Padahal rehat yang hakiki nanti di akhirat sedangkan dunia adalah masa kita untuk beramal.

Kedua: Semangat dalam mencari kelezatan dunia.

Akibatnya nanti adalah melalaikan kewajiban dan menerjang yang haram demi dunia.

Ketiga: Karena sudah mati rasa terhadap dosa.

Bahkan ada yang merasa bahwa dosa yang diterjang adalah suatu kebaikan.

Keempat: Mengikuti hawa nafsu.

Kelima: Sibuk dengan kerja dan mencari nafkah.

Mukmin yang terpuji adalah jika bisnis dan pekerjaan dunia yang ia jalani tidak melalaikannya dari mengingat Allah sebagaimana disebut dalam ayat,

“Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang, laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang.” (QS. An-Nuur: 36-37)

Keenam: Waktu dihabiskan dengan permainan dan games.

Ketujuh: Banyak bersenang-senang dengan pakaian, makanan dan kelezatan dunia.

Kedelapan: Cinta dunia dan merasa hidup lama.

Kesembilan: Berteman dengan orang-orang yang lalai (ghaflah).

Disebutkan dalam ayat, “Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. Al-Hasyr Ayat 19)

Kesepuluh: Banyak sibuk dengan hal mubah.

Contoh banyak “ngobrol” setelah Isya sebagaimana disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan dari Abi Barzah, beliau berkata,

Artinya : “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam membenci tidur sebelum shalat isya dan berbicara setelahnya.” (Hadits Darimi Nomor 1393)

  1. Karena sebab di atas bisa membuat kita lalai dalam berbagai bentuk kelalaian berikut ini.
  2. Enggan duduk dalam majelis ilmu untuk mempelajari agama.
  3. Bermalas-malasan mempelajari Al-Qur’an dengan membaca, memahami dan menghafalkannya serta mendalami ilmu di dalamnya.
  4. Enggan berdzikir kepada Allah.
  5. Enggan membaca dan menghafalkan dzikir yang bisa digunakan untuk melindungi diri.
  6. Lalai dalam memperhatikan niat.
  7. Beramal namun tidak memperhatikan manakah amalan yang lebih prioritas dari yang lainnya.
Manusia Yang Selalu Lalai
Manusia Yang Selalu Lalai

Demikian ulasan tentang Kita Sebagai Manusia Yang Selalu Lalai. Semoga dapat bermanfaat dan menambah ilmu pengetahuan untuk kita semua. Terimakasih.