Kisah Perempuan Penjual Samin – Ada sebuah kisah yang bisa dijadikan pelajaran bagi kita, Dutadakwah akan menuliskannya tentang Kisah tersebut menukil dari “Syarah ‘Uqudullujain”, Kisah ini untuk bacaan kita sehingga kita dapat mengambil pelajaran dari kejkadian tersebut.
Kisah Perempuan Penjual Samin
Dalam Pembahasan Kisah dimaksud yang kami nukilkan dari uqudullujain ini adalah merupakan lanjutan yang ke 34, Dan untuk lebih terangnya mengenai kisah ini mari kita baca saja uraiannya berikut ini:
Mukodimah
السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهْ
اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ أَنْعَمَ عَلَيْنَا بِنِعْمَةِ الْإِيْمَانِ، وَهَدَىنَا عَلَى دِيْنِ الْإِسْلَامِ، أَشْهَدُ أَنْ لاإِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ حَقُّ الْمُبِيْنُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ، أَمَّا بَعْد
Puji dan Syukur senantiasa tetap kita panjatkan ke hadhirat Allah SWT. Sholawat dan salamnya semoga tetap tercurahkan ke haribaan Nabi Agung Muhammad s.a.w., keluarga dan shahabatnya semua, Amiin…
Saudara dan saudariku seiman yang dirahmati Allah SWT. Ada satu kisah yang menarik untuk kita baca mengenai kejadian pada seorang permpuan penjual samin di masa Rsulullah masih hidup, kisah ini memberi pengertian kepada kita untuk berhati-hati menjaga keluarga kita terutama kaum wanita, inilah kisahnya:
Kisah Perempuan Penjual Samin
وَحُكِيَ) أَنَّ امْرأةً مِنْ بَنِي تَيْمِ اللهِ بْنِ ثَعْلَبَةَ، كَانَتْ تَبِيْعُ السَمِنَ في الجاهليَّةِ، فأَتَاهَا خَوَّاتُ بْنُ جُبَيرٍ الأَنْصَارِيّ فَسَاوَمَهَا فحَلَّتْ نِحْياً مَمْلُوْأً بِالسَّمِنِ، فَقَالَ: أَمْسِكِيْهِ، حَتَّى أَنْظُرَ إِلَى غَيْرِهِ، ثُمَّ حلّ آخرَ، وَقَالَ لَهَا: أَمْسِكِيْهِ، فَلَمَّا شَغَلَ يَدَيْهَا سَاوَرَهَا حَتَّى قَضَي مَا أَرَادَ وَهَرَبَ، ثُمَّ أَسْلَمَ خَوَّاتٌ، وَشَهِدَ بَدْراً، فَقَالَ لَهُ رَسُوْلُ اللّهِ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “يَا خَوَّاتُ كَيْفَ شِرَاؤُكَ ؟”، وَتَبَسَّمَ رسولُ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ قد رَزَقَ اللهُ خَيْرًا، وَأُعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الْحَوْرِ بعْدَ الكَوْرِ. أيْ مِنَ النُّقْصَانِ بَعْدَ الزِّيَادَةِ
Diceritakan dalam sejarah, dimasa jahiliyah ada seeorang perempuan anak Taimilah bin tsa’labah perempuan itu bekerja sebagai penjual samin. Suatu ketika Khawat bin Jubair Al-Anshari datang untuk membeli minyak samin. lalu mereka terlibat tawar menawar. Perempuan itu membuka tali penutup wadah yang penuh berisi samin.
Khawwat berkata: ”Pegangi wadah ini, aku hendak melihat lihat wajah yang lain”. Lalu Khawaat membuka wadah yang lain. Setelah dilihat, Ia berkata: ”Pegagi Wadah ini”.
Ketika perempuan itu sedang terlena dengan wadah wadah samin yang di peganginya. tanpa terduga Khawat menubruk dirinya lalu berbuat yang tidak senonoh hingga terlampiaskan keinginannya. Setelah melakukan perbuatan itu Khawwat lari dan masuk Islam. Ia ikut perang badar.
Suatu hari Rasulullah s.a.w. berkata kepadanya :”Hai khawwat, bagaimana ceritanya ketika membeli samin”, Rasulullah s.a.w. tersenyum.
Khawwat menjawab: ”Wahai Rasulullah benar benar Allah telah melimpahkan rezki pada saya, Rizki yang baik. Sekarang aku berlindung kepada Allah dari kekurangan setelah mengalami penambahan”.
Kisah Seorang Anak Menyenangi Pada Ibu Angkatnya
وَحُكِيَ} أَنَّ رَجُلًا مِنْ أَشْرَافِ أَهْلِ الْهِنْدِ اِشْتَرَى غُلَامًا فَرَبَاهُ وَتِبْنَاهُ، فَلَمَّا كَبَّرَ اِشْتَدَّ بِهِ هَوَى مَوْلَاتَهُ فَرَاوَدَهَا عَنْ نَفْسِهَا، فَأَجَابَتْهَا، فَدَخَلَ مَوْلَاهُ يَوْمًا فَإِذًا هُوَ عَلَى صَدْرِ مَوْلَاتِهِ فَعَمِدَ إِلَيْهِ فَجَبَّ ذَكَرَهُ ثُمَّ نَدِمَ عَلَى ذَلِكَ، فَعَالَجَهُ إِلَى أَنْ بَرِئَ مِنْ عِلَتِهِ، فَأَقَامَ الْغُلَامُ بَعْدَهَا مُدَّةً يَطْلُبُ أَنْ يَأْخُذَ ثَأْرَهُ مِنْ مَوْلَاهُ. وَكَانَ لِمَوْلَاهُ اِبْنَانِ، أَحَدُهُمَا طِفْلٌ وَالْآخَرُ يَافِعٌ، كَأَنَّهُمَا الشَّمْسُ وَالْقَمَرُ، فَغَابَ الرَّجُلُ يَوْمًا عَنْ مَنْزِلِهِ لِبَعْضِ الْأُمُوْرِ، فَأَخَذَ الْأَسْوَدُ الصَّبِيَيْنِ فَصَعِدَ بِهِمَا عَلَى ذَرْوَةِ سُطْحٍ، وَجَعَلَ يُطْعِمُهُمَا وَيَلْعَبُ مَعَهُمَا إِلَى أَنْ دَخَلَ مَوْلَاهُ، فَرَفَعَ رَأْسَهُ فَرَأَىْ اِبْنَيْهِ فِيْ شَاهِقٍ مَعَ الْغُلَامِ، فَقَالَ: “وَيْلَكَ، عَرَضْتَ اِبْنِيْ لِلْمَوْتِ”، قَالَ: أَجِلْ، لَئِنْ لَمْ تَجِبْ ذَكَرَكَ مِثْلَ مَا جَبَبْتَنِيْ لَأَرْمِيَنَّ بِهِمَا، فَقَالَ: اللهَ اللهَ، يَا وَلَدِيْ فِيْ تَرْبِيَتِيْ لَكَ، قَالَ: “دَعْ هَذَا عَنْكَ”، فَجَعَلَ يُكَرِّرُ عَلَيْهِ وَهُوَ لَا يَقْبَلُ ذَلِكَ، فَلَمَّا أَرَادَ الرَّجُلُ الصُّعُوْدَ إِلَيْهِ أَدْلَاهُمَا الْأَسْوَدُ مِنْ ذَلِكَ الشَّاهِقِ، فَقَالَ الرَّجُلُ: “وَيْلَكَ، اِصْبِرْ حَتَّى أَخْرُجَ مَدِيَّةً، وَأَفْعَلُ مَا أَرَدْتَ”، ثُمَّ أَخَذَ مَدِيَّةً وَجَبَّ ذَكَرَهُ وَهُوَ يَرَاهُ، فَلَمَّا رَأَى الْأَسْوَدُ ذَلِكَ رَمَى الصَّبِيَيْنِ مِنْ ذَلِكَ الشَّاهِقِ فَمَاتَا، وَقَالَ: “إِنَّ جَبَّكَ ثَأْرِيْ وَقَتْلَ أَوْلَادَكَ زِيَادَةٌ فِيْهِ
Diceritakan: Ada sebuah keluarga yang sangat terpandang. Suatu hari keluarga itu membeli seorang pembantu (budak) yang berkebangsaan hindi (Hindia). Keluarga itu terus merawatnya dan akhirnya di ambil sebagai anak.
Setelah dewasa, ia jatuh cinta pada tuan puterinya, yang ketika itu telah menjadi ibu angkatnya sendiri. Ia terus menerus menggoda ibu angkatnya, dan ibunyapun melayani. Hingga suatu hari terjadilah hubungan layaknya hubungan suami istri. Ketika pembantu itu sedang asyik di atas dada ibu angkatnya, Tiba tiba ayah angkatnya datang. Ia marah. Ia segera mengambil pisau, lalu di potongnya kelamin anak angkatnya itu. Namun pada akhirnya Ia menyesal. Ia membawanya ketabib untuk diobati. Setelah sembuh si anak angkat itu tidak di usir. Ia tetap diberi kesempatan tinggal di rumah orang tuanya yang telah menjadi orang tua angkatnya, tetapi secara diam diam ia ( anak angkat ) itu menyimpan dendam, Ia menunggu datangnya kesempatan untuk melakukan pembalasan.
Keluarga yang sangat terpandang itu sebenarnya mempunyai dua anak yang sangat tampan seakan seperti Mata hari dan Rembulan. Salah satunya masih berusia anak-anak sedang yang lainnya mendekati remaja. Suatu hari kedua anak itu hilang dibawa pembantunya yang telah di angkat menjadi anaknya. Tanpa diketahui keduanya dibawa naik ke atas loteng. Disana keduanya dikasih makan diajak bermain-main, diperlakukan secara baik sehingga tidak ada kecurigaan bahwa kedua anak tersebut disandra.
Samopai majikannya atau orang tuanya telah kebingungan mencari, tanpa sengaja ia mendengak keloteng. Disana anak-anak disandera anak hindi tadi. Kemudia Ayahnya tadi berteriak “Celaka benar Kau. Apakah engkau menghendaki kematian kedua anakku?”
Bekas pembantunya menjawab: ”Ya benar, Kedua anakmu mesti akan mati kalau Kau tidak menuruti perintahku”. ”Apa kemauanmu?”, tanya orang yang terpandang itu. ”Aku menghendaki supaya kamu memotong kelaminmu sendiri”. Demi mendengar permintaan itu, Ia terperanjat bukan kepalang, katanya, ”Takutlah kepada Allah, takutlah kamu kepada Allah. Bukankah dirimu telah kupelihara. Hentikan perbuatan jahatmu itu”. Ia terus mengulang-ulang permintaanya. Namun anak hindi itu tidak menghiraukan.
Ketika tuannya akan naik keatas loteng, sianak Hindi itu menyeret kedua anaknya dibawa kepinggir loteng. Lelaki yang malang itu berteriak, ”Celaka benar kamu !Tunggu sebentar. tentu aku akan menuruti tuntutanmu”. Ia pergi sebentar lalu datang dengan membawa pisau. tanpa di minta lagi kelaminnya di potongnya sendiri di depan mata si anak Hindi. setelah puas menyaksikan dendamnya, si anak Hindi itupun mencampakkan kedua anak bekas majikannya itu hingga tewas seketika. Apa katanya. ”Tuntutan memotong kelamin sendiri itu adalah sebagai pembalasan atas perbuatanmu tempo hari memotong kelaminku. Dan kematian kedua anakmu itu sebagai tambahan atas kerugianku”.
Pelajaran yang didapat dari kisah tersebut
وَإِذَا كَانَ) أَيْ الْأَمْرُ (كَذَلِكَ) أَيْ الْمَذْكُوْرُ (فَيُمْنَعُ الْعَبْدُ والسَقَّاءُ) بِفَتْحِ السِّيْنِ وَالْقَافِ الْمُشَدَّدَةِ، وَهُوَ مَنْ يَمْلَأُ الْجَرَةَ مِنَ الْمَاءِ (مِنْ دُخُوْلِهِ) أيْ كُلِّ مِنْهُمَا (عَلَى النِسَاءِ إِذَا بَلَغَ كُلٌّ مِنْهُمَا) أيْ الْعَبْدِ وَالْمَرْأَةِ أَوْ هِيَ وَالسَّقَّاءِ (خَمْسَ عَشَرَةَ سَنَةً، لأَنَّ عَامَّةَ الفِتْنَةِ بِهِمْ، وَحِفْظُ النَسْلِ) أيْ الْوَلَدِ (مِنْ أَعْظَمِ الأُمُوْرِ. وَ) قَالَ الْغَزَالِيْ (فِيْ الإحْياءِ: قَالَ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “إِنِّي لَغَيُّوْرٌ وَمَا مِنْ اِمْرِئٍ لاَ يَغَارُ إِلاَّ مَنْكُوْسُ القَلْبِ”) وَالطَّرِيْقُ الْمُغْنِى عَنِ الْغِيْرَةِ أَنْ لَا يَدْخُلَ عَلَيْهَا الرِّجَالُ وَهِيَ لَا تَخْرُجُ الْأَسْوَاقَ. وَقَالَ صلى الله عليه وسلم: {إِنَّ اللهَ تَعَالَى يَغَارُ. وَإِنّ الْمُؤْمِنَ يَغَارُ. وَغَيْرَةُ اللّهِ أَنْ يَأْتِيَ الْمُؤْمِنُ مَا حَرّمَ عَلَيْهِ}. رَوَاهُ الْإِمَامُ أَحْمَدَ وَالشَّيْخَانِ وَالتِرْمِذِيُّ عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ
Memperhatikan kisah tersebut, dapat di ambil pelajaran bahwa: bilamana pembantu telah memasuki usia baligh hendaknya Pembantu dan tukang air (dengan dibaca fathah sin dan qof yaitu dia yang tukang ngangsu memenuhi bak mandi) mereka mesti dilarang masuk kamar majikannya. Ketika mereka masing-masing keduanya telah memasuki usia balig (yakni seorang pembantu dan seorang perempuan) ketika mereka memasuki usia lima belas tahun, Sebab pada umumnya godaan mulai terjadi setelah memasuki usia itu. Menjaga keturunan itu termasuk perkara terpenting. Imam Gozali berkata dalam kitab Ihya, Nabi s.a.w. bersabda:
إِنِّي لَغَيُّوْرٌ وَمَا مِنْ اِمْرِئٍ لاَ يَغَارُ إِلاَّ مَنْكُوْسُ القَلْبِ
Sesungguhnya aku ini pecemburu. setiap orang yang tidak mempunyai rasa cemburu, maka tidak lain kecuali orang itu berhati terbalik” (Al hadits). Adapun jalan yang mencukupkan dari rasa cemburu adalah semestinya agar ia para lelaki tidak masuk kepada perempuan dan perempuan tidak keluar ke pasar-pasar.
Rasulullah s.a.w. bersabda: ”Sesungguhnya Allah S.W.T itu cemburu, dan orang mukmin itu hendaknya pecemburu. Kecemburuan Allah adalah jika ada orang mukmin yang melakukan perbuatan yang diharamkan oleh Allah. HR. Ahmad, Bukhari, Muslim dan Turmudzi dari abu hurairah)
Demikian Uraian tentang Kisah Perempuan Penjual Samin – Semoga dapat kita semua bisa mengambil pelajaran dari kisah ini. Abaikan saja uraian kisah ini jika pembaca tidak sependapat.Terima kasih atas kunjungannya.
بِاللهِ التَّوْفِيْقُ وَالْهِدَايَةُ و الرِّضَا وَالْعِنَايَةُ وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهْ