Hukum Berdzikir Sedang Berhadats Besar, Bolehkah – Pada kesempatan kali ini Dutadakwah akan menerangkan tentang Hukum Berdzikir Sedang Berhadats Besar. Untuk mengetahui keterangannya bisa dibaca di bawah ini.
Hukum Berdzikir Sedang Berhadats Besar, Bolehkah
Hadats besar itu diantranya adalah seperti Junub dan haidh. Kemudian bagi perempuan dalam keadaan haidh itu bolehkan berdzikir dan berdoa?. Jawabannya adal boleh. Dan utnuk lebih jelasnya akan kami sampaikan beberapa keterangannya di bawah ini.
Mukadimah
السّلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ، الحَمْدُ لِلّٰهِ وَ شُكْرُ لِلّٰهِ ، وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلىَ رَسُوْلِ اللهِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ اِبْنِ عَبْدِ اللهِ ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَ مَنْ تَابِعَهُ : أَمَّا بَعْدُ
Alhamdulillah Segala puji bagi Allah Ta’ala. Maha Suci Allah. Tidak ada Tuhan yang hak wajib disembah kecuali Allah. Semoga Shalawat dan Salam selalu tercurah ke haribaan Nabi Agung Muhammad Shollallahu ‘alaihi wa sallam. Pembaca yang kami banggakan. Di bawah ini aka kami tuliskan Ijma’ Ulama tentang hokum keboleh dzikir dalam keadaan hadats besar.
Dzikir Bagi Orang yang Tidak Bersuci
Dalam keadaan sedang tidak suci dari hadats kecil maupun besar itu masih dibolehkan untuk berdzikir. Yang tidak diperbolehkan bagi orang yang berhadats besar adalah membaca al-quran. Diterangkan dalam Al-Adzkar sebagai berikut:
فَصْلٌ: أَجْمَعَ الْعُلَمَاءُ عَلَى جَوَازِ الذِّكْرِ بِالْقَلْبِ وَاللِّسَانِ لِلْمُحْدِثِ وَالْجُنُبِ وَالْحَائِضِ واَلنُفَسَاءِ» وَذَلِكَ فِي التَّسْبِيْحِ وَالتَّهْلِيْلِ وَالتَّحْمِيْدِ وَالتَّكْبِيْرِ وَالصَّلَاةِ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَالدُّعَاءِ وَغَيْرِ ذَلِكَ
Menurut ijma’ para ulama, boleh saja berzikir dengan lisan dan dengan hati bagi orang yang tidak bersuci(dengan wudhu), junub, haid,dan nifas (keluar darah sesudah melahirkan), baik mengucapkan tasbih, tahlil, tahmid, takbir, selawat, dan lain-lain.
Haram Membaca Quran Bagi yang Berhadats Besar
Dalam Madzhab Syafi’i Orang yang sedang berhadats besar diharamkan membaca al-quran walau hanya satu huruf. Diterangkan dalam Al-Adzkar seperti yang tertulis ini.
وَلَكِنْ قِرَاءَةَ الْقُرْآنِ حَرَامٌ عَلَى الْجُنُبِ وَالْحَائِضِ وَالنُّفَسَاءِ» سَوَاءٌ قَرَأَ قَلِيْلًا أَوْ كَثِيْرًا حَتَّى بَعْضِ آيَةٍ» وَيَجُوْزُ لَهُمْ إِجْرَاءُ الْقُرْآنِ عَلَى الْقَلْبِ مِنْ غَيْرِ لَفْظٍ، وَكَذَلِكَ النَّظْرُ فِيْ الْمُصْحَفِ» وَإِمْرَارُهُ عَلَى الْقَلْبِ
Akan tetapi, untuk membaca Ouran, haram bagi orang yang junub, haid, dan nifas, baik banyak bacaannya atau sedikit, sampai-sampai sepotong ayat pun tidak dibolehkan. Yang boleh bagi mereka adalah membacanya dalam hati tanpa dilafalkan dengan suara. Demikian juga boleh melihat tulisan yang tertera di dalam mushaf (Ouran) lalu dibaca di dalam hati.
Boleh Ayat Qur-an dibaca dengan niat dzikir
Dalam keadaan sedanga berhadats besar semua ayat2 dziki yang ada dalam al-qur’an itu boleh dilafdzkan.
Diterangkan juga dalam madzhab syafi’i seperti yang tertulis dalam al-adzkar:
قَالَ أَصْحَابُنَا: وَيَجُوْزُ لِلْجُنُبِ وَالْحَائِضِ أَنْ يَقُوْلَا عِنْدَ الْمُصِيْبَةِ: إِنَّا لِلّٰهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ»
Para ashhab kami (sahabat-sahabat kami dari Ulama Syafi’i) mengatakan: Boleh bagi orang yang junub dan haid membaca:
إِنَّا لِلّٰهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ
Artinya: “Sesungguhnya kami milik Allah dan kami akan kembali kepada-Nya”.
(O.S. al-Bagarah : 156) Ini dibaca ketika mendapat musibah. Atau ketika mendengar ada orang yang meninggal.
Tasbih Ketika Naik Kendaraan
Tasbih dari ayat al-qur’an juga boleh dibaca oleh orang yang sedang berhadats besar. Seperti diterangkan dalam al-Adzkar:
وَعِنْدَ رُكُوْبِ الدَّابَّةِ: سُبْحَانَ الَّذِيْ سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِيْنَ
Artinya: Dan ketika naik kendaraan: maka membaca “ سُبْحَانَ الَّذِيْ سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِيْنَ ”
Artinya: “Maha suci Allah yang menundukkan ini (kendaraan) kepada kami dan kami tidak dapat mempergunakannya (kalau tidak karena karunia Tuhan kami)”. (QS. az-Zukhruf : 13)
Doa Penutup dari ayat qur’an
Dan ketika berdoa kemudian di akhir doa biasa membaca doa penutup daru Al-qur’an Surat Al-baqarah ayat 201 dengan niat berdoa maka boleh dibaca meski sedang haid. Tertulis dalam al-Adzka sebagai berikut:
وَعِنْدَ الدُّعَاءِ: رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَاحَسَنَةً وَفِيْ الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ» إِذَا لَمْ يَقْصِدَا بِهِ الْقُرْآنَ» وَلَهُمَا أَنْ يَقُوْلَا: بِسْمِ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ ؛ إِذَا لَمْ يَقْصِدَا الْقُرْآنَ، سَوَاءٌ قَصَدَا الذِّكْرَ أَوْ لَمْ يَكُنْ لَهُمَا قَصْدٌ، وَلَا يَأْثِمَانِ إِلَّا إِذَا قَصَدَا الْقُرْآنَ
Artinya: Dan ketika berdoa dengan mengicapkan : “ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَاحَسَنَةً وَفِيْ الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ ” Artinya: “Tuhan kami, berikanlah kebaikan kepada kami di dunia dan kebaikan di akhirat. Peliharalah kami dari siksaan neraka”. (Q.S. al-Bagarah : 201). Apabila mereka tidak berniat membaca Al-qur’an, dan bagi mereka membaca: “: بِسْمِ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ ” Juga jika tidak mengi’tikad baca al-qur’an maka tidak mengapa, artinya tidak berdosa, kecuali beri’tikadkan untuk membaca al-qur’an, maka haram.
Demikian Uraian singkat tentang Hukum Berdzikir Sedang Berhadats Besar, Bolehkah – Semoga bermanfaat. Mohon utnuk diabaikan saja uraian kami ini, jika pembaca tidak sependapat.Terima kasih atas kunjungannya. Wallahu A’lamu bish-showab wa billahit-taufiq wal-Hidayah.