Fardhu Fardhunya Puasa Ramadhan Menurut Fiqih – Para pembaca yang kami banggakan rahimakumullah. Pada halaman Sebelumnya kami sudah menyampaikan materi kultum ramadhan mengenai; Mnecari Lailatul-Qadar Pada Sepuluh Malam Terakhir. Dan pada kesempatan kali ini kami Duta Dakwah akan menyampaikan materi tentang; Fardhu fardhunya puasa ramadhan menurut fiqih. Materi ini In Syaa Allah akan kami sampaikan dengan pembahasan yang sangat ringkas.
Fardhu Fardhunya Puasa Ramadhan Menurut Fiqih
Mengenai puasa ramadhan tentu kita semua sudah sangat memahaminya. Akan tetapi tidak ada salahnya jika kami melalui risalah ini juga ikut menyampaikan untuk baha para pelajar yang ingin menyampaikan kultum. Dalam menunaikan puasa wajib di bulan ramadhan mesti kita mengetahui tentang fardhu dan sunnahnya puasa tersebut.
Kenapa mesti demikian?, sebab jika kita mengetahuinya maka tentu kita bisa membedakan antara sunnah dan fardhu. Dan lebih jelasnya mengenai hal tersebut sebaiknya silahkan antum baca Kultum Duta Dakwah dibawah ini dengan baik.
Materi Kultum.
بسم الله الرّحمن الرّحيم السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهْ
الـحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَـمِيْنَ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَافِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَعَلَى أٰلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، أَمَّا بَعْدُ
Kaum Muslimin wal-Muslimat yang Rahimakumullah, Mari kita senantiasa memupuk jiwa kita dengan Taqwallah, yakni Taqwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa, iaitu menjalankan perintah Allah dan mebnjauhi segala larangannya. Puji dan bersyukur hanya kepada Allah kita panjatkan. Semoga Rahmat dan nikmatNya senatiasa Allah anugerahkan kepada kita semua, shalawat dan salam Allah semoga tetap tercurahkan ke haribaan nabi agung Muhammad shollallahu ‘alaihi wa sallam.
Ma’asyirol muslimuin yang berbahagia melalui kesempatan ini kami akan sampaikan Tema kita adalah Kultum Tentang Fardhu-fardhunya puasa menurut fiqih Madzhab Syafi’i, dan pasal ini kami kutip dari Kitab fiqih Fathul-qorib, padahal seyogyanya mengenai fardhu-fardhunya puasa ini disampaikan di awal materi sebelum puasa dimuali sehingga akan lebih bermanfa’at bagi pendengar semua.
Fardu-Fardu Puasa
Di dalam melaksanakan ibadah pusa semestinya terlebih dahulu kita harus memahami tatacaranya sesuai ajaran. Adapun fardhu fardhunya puasa ini adalah merupakan hal yang sangat penting sehingga ibadah puasa yang kita tunaikan dapat diterima Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Saudaraku yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala. Adapun fardhu fardhunya puasa menurut yang tertulis dalam salah satu kitab fiqih madzhab Syafi’i seperti dalam fathul qarib adalah sebagai berikut;
وَفَرَائِضُ الصَّوْمِ أَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ) أَحَدُهَا (النِّيَةُ) بِالْقَلْبِ فَإِنْ كَانَ الصَّوْمُ فَرْضاً كَرَمَضَانَ أَوْ نَذْراً، فَلَا بُدَّ مِنْ إِيْقَاعِ النِّيَةِ لَيْلاً، وَيَجِبُ التَّعْيِيْنُ فِيْ صَوْمِ الْفَرْضِ كَرَمَضَانَ، وَأَكْمَلُ نِيَّةِ صَوْمِهِ أَنْ يَقُوْلَ الشَّخْصُ نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ رَمَضَانَ هَذِهِ السَّنَةِ لِلَّهِ تَعَالَى (وَ) الثَّانِي (الْإِمْسَاكُ عَنِ الْأَكْلِ وَالشُّرْبِ) وَإِنْ قَلَّ الْمَأْكُوْلُ وَالْمَشْرُوْبُ عِنْدَ التَّعَمُدِ، فَإِنْ أَكَلَ نَاسِياً أَوْ جَاهِلاً لَمْ يَفْطُرْ إِنْ كَانَ قَرِيْبَ عَهْدٍ بِالْإِسْلَامِ، أَوْ نَشَأَ بَعِيْداً عَنِ الْعُلَمَاءِ وَإِلَّا أَفْطَرَ (وَ) الثَّالِثُ (الْجِمَاعُ) عَامِداً وَأَمَّا الْجِمَاعُ نَاسِياً فَكَالْأَكْلِ نَاسِياً (وَ) الرَّابِعُ (تَعَمُّدُ الْقَيْءِ) فَلَوْ غَلَبَهُ الْقَيْءُ لَمْ يَبْطُلْ صَوْمُهُ
Fardhu-fardhunya puasa ada empat perkara.
- Salah satunya adalah niat di dalam hati. Jika puasa yang dikerjakan adalah fardhu seperti Romadlon atau puasa nadzar, maka harus melakukan niat di malam hari. Dan wajib menentukan puasa yang dilakukan di dalam puasa fardhu seperti puasa Romadlon. Niat puasa Romadlon yang paling sempurna adalah seseorang mengatakan, “saya niat melakukan puasa esok hari untuk melaksanakan kewajiban bulan Romadlon tahun ini karena Allah Ta’ala.”
- Fardhu kedua adalah menahan dari makan dan minum walaupun perkara yang dimakan dan yang diminum hanya sedikit, hal ini ketika ada unsur kesengajaan. Jika seorang yang berpuasa melakukan makan dalam keadaan lupa atau tidak mengetahui hukumnya, maka puasanya tidak batal jika ia adalah orang yang baru masuk Islam atau hidup jauh dari ulama’. Jika tidak demikian, maka puasanya batal.
- Fardhu ke tiga adalah menahan dari melakukan jima’ dengan sengaja. Adapun melakukan jima’ dalam keadaan lupa, maka hukumnya sama seperti makan dalam keadaan lupa.
- Fardhu ke empat adalah menahan dari muntah dengan sengaja. Jika ia terpaksa muntah, maka puasanya tidak batal.
Hadhirin dan hadhirat Rahimakumullah setelah kita memahami fardhu fardhunya puasa sebagaimana yang sudah kami sampai di atas, maka ada yang tak kalah pentingnya juga adalah memahami juga beberapa hal yang bisa menjadikan batalnya puasa, karena apalah artinya jika sudah memahami atau mengerti fardhu puasa sementara yang membatalaknnya kita tidak seberapa memahami, oleh karaenanya ikuti saja Kultum berikutnya yang in syaa allah akan kami sanpaikan hal-hal yang membatalkan puasa menurut fiqih.
Demikian yang dapat kami sampaikan, Terimakasih atas segala perhatian dan kami mohon ma’af atas segala khilaf dan kekurangan wallahul muwaffiq.
بِاللهِ التَّوْفِيْقُ وَالْهِدَايَةُ و الرِّضَا وَالْعِنَايَةُ وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهْ
Demikian ulasan materi kultum ramadhan tentang; Fardhu Fardhunya Puasa Ramadhan Menurut Fiqih – Semoga materi ini dapat memberikan manfaat untuk kita semua. Kultum ini bersambung ke Kultum ramadhan berikutnya mengenai; Yang Membatalkan Puasa Menurut Fiqih Itu Ada Beberapa Hal .Terimakasih atas kinjungannya kami ucapkan semoga berkesan.