Doa Buka Puasa Berikut Penjelasan Dalilnya – Pada kesempatan ini Dutadakwah akan menjelaskan tentang Doa Buka Puasa. Yang mana dalam pembahasan ini menjelaskan bacaan doa buka puasa beserta lafadz dan dalilnya dengan secara singkat dan jelas. Untuk lebih jelasnya silahkan simak ulasan berikut ini.
Doa Buka Puasa Berikut Penjelasan Dalilnya
Pada dasarnya, untuk mendapatkan berkah lebih banyak pada tiap aktivitas apapun yang bermakna hendaknya diawali dengan basmalah. Basmalah sebagai pembuka sekaligus doa. Dalam amalan-amalan tertentu terdapat doa dengan lafal tertentu yang diajarkan secara langsung oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Doa-doa tersebut sampai kepada kita melalui jalur riwayat hadits. Termasuk doa buka puasa.
Perbedaan doa puasa
Ada banyak kemungkinan. Bisa jadi memang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkan doa yang berbeda pada satu amalan tertentu. Kemudian diriwayatkan dengan jalur periwayatan yang berbeda. Sehingga sampai kepada kita beberapa hadits dengan riwayat yang berbeda.
Jika demikian halnya, maka langkah awal adalah melakukan verifikasi terlebih dahulu status kekuatan riwayat masing-masing. Apabila jalur-jalur periwayatan tersebut sama shahihnya, boleh memilih mana yang ingin diamalkan. Namun jika ada hadits yang statusnya shahih sementara yang lainnya dhaif, maka yang terbaik dan dipilih untuk diamalkan adalah hadits dengan riwayat yang shahih.
Doa Buka Puasa
Lafal doa buka puasa yang paling popular di masyarakat Indonesia.
Pertama
Lafadznya adalah lafadz doa yang bersumber dari riwayat Muadz bin Zuhrah, bahwasanya ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berbuka beliau mengucapkan.
اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ
Artinya: “Ya Allah, untuk-Mu aku berpuasa, dan atas rizki-Mu aku berbuka.” (HR. Abu Daud, no. 2358)
Doa ini yang sering di ajarkan di sekolah-sekolah, di taman pendidikan al-Quran hampir di tiap masjid, dan berbagai majelis ilmu serta pengajian.
Lafadz Doa buka puasa kedu
Ada satu lagi lafal doa buka puasa yang mirip itu dengan redaksi yang agak sedikit berbeda. Hadits ini diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma. Ia berkata, ketika berbuka puasa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkan,
اللَّهُمَّ لَكَ صُمْنَا وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْنَا فَتَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
Artinya: “Ya Allah, untuk-Mu kami berpuasa, dan atas rizki-Mu kami berbuka, maka terimalah amalan kami, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (HR. Ath-Thabarani dalam kitab Mu’jamul Kabir, Ibnu Sunni dalam kitab Amalul Yaumi wal Lailati, 1/430, Ad-Daruquthi dalam kitab as-Sunan, 2/18)
Berdasarkan keterangan para ulama hadits, ternyata hadits di atas statusnya dha’if. Di dalam riwayat tersebut terdapat perawi yang bernama Abdul Mulk bin Harus. Perawi ini dinilai oleh para ulama sebagai perawi yang Matruk, Muttaham bil kidzbi dan Wadh’ul hadits.
Ketiga Doa Puasa
Selain dua lafal di atas, ada satu lafal doa buka puasa yang secara periwayatan lebih kuat dari dua hadits di atas. Hadits tersebut diriwayatkan dari Ibnu Umar radhyallahu ‘anhuma dan dikeluarkan oleh Abu Daud Lafal doa tersebut adalah,
ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتْ الْعُرُوقُ وَثَبَتَ الْأَجْرُ إن شَاءَ الله
Artinya: “Telah hilang rasa dahaga, telah basah kerongkongan, semoga ada pahala yang ditetapkan, jika Allah menghendaki.” (Hadits Abu Daud No. 2010)
Syaikh Nashiruddin al-Albani menilai hadits ini hasan (Misykatul Mashabih, 1/621, Shahih Abu Daud, 7/124, Irwa-ul Ghalil, 4/39, Shahih al-Jami’ ash-Shaghir, 2/855)
Doa Buka Puasa Menggunakan Lafadz dari Hadits yang Lemah
Dalam hal ini sebenarnya memang terdapat ikhtilaf, dimana seseorang boleh memilih pendapat yang diyakininya memiliki argumentasi paling kuat. Ditambah lagi, ada sebuah hadits yang menunjukkan keutamaan berdoa di waktu buka puasa.
Dari Abu Hurairah ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ثَلَاثَةٌ لَا تُرَدُّ دَعْوَتُهُمْ الْإِمَامُ الْعَادِلُ وَالصَّائِمُ حِينَ يُفْطِرُ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ يَرْفَعُهَا فَوْقَ الْغَمَامِ وَتُفَتَّحُ لَهَا أَبْوَابُ السَّمَاءِ
Artinya: “Tiga orang yang doanya tidak tertolak; imam adil, orang puasa saat berbuka dan doa orang yang terzhalimi, doanya diangkat diatas awan dan pintu-pintu langit dibukakan.” (Hadits Tirmidzi Nomor 2449).
Waktu Berbuka
Setelah mengetahui bahwa ternyata waktu ketika buka puasa termasuk waktu yang utama untuk berdoa. Jadi seorang Muslim boleh berdoa dengan lafadz apapun sesuai dengan apa yang dimintanya dari Allah ‘Azza wa Jalla.
Barangkali, ini yang menjadikan sebagian kalangan membolehkan menggunakan lafadz doa berbuka dari hadits yang dhaif. Selain memang dijumpai beberapa ulama yang membolehkan untuk mengamalkan hadits dhaif dalam masalah berdoa saat berbuka puasa ini.
Saat Syaikh Ibnu Utsaimin menjawab pertanyaan tentang kedua lafadz ucapan ketika berbuka yang popular di tengah masyarakat tersebut, beliau sendiri juga mengakui adanya kedhaifan di salah satu haditsnya., sebagaimana dalam kitab Majmu’ Fatawa wa Rasa-il, 19/no. 34 yaitu,
وعلى كل حال فإذا دعوت بذلك أو بغيره عند الإفطار فإنه موطن إجابة
Artinya: “Walau bagaimanapun, jika engkau berdoa dengan lafal itu atau dengan lafal lainnya pada saat buka puasa, maka itulah tempat doa yang diijabahi.”
Dari keterangan diatas menjelaskan bahwa Syaikh Ibnu Utsaimin lebih mengedepankan urgensi waktu mustajab untuk berdoa dari pada polemik keshahihan riwayat lafal doa buka puasa. Meski demikian, mengamalkan apa yang dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan akurasi riwayat yang lebih kuat tentu itu lebih utama dan lebih mendekat kepada kebenaran.
Demikian ulasan singkat tentang Doa Buka Puasa Berikut Penjelasan Dalilnya. Semoga dapat bermanfaat dan memberi tambahan ilmu pengetahuan untuk kita semua. Terimakasih.