Aqiqah : Dalil, Cara dan Waktu Penyembelihannya – Pada kesempatan kali ini Duta Dakwah akan membahas tentang hukum aqiqah dalilnya tatacaranya, doa dan hal-hal yang dianggapperlu, Uraian akan kami terangkan secara singkat dan terperinci.
Aqiqah : Dalil, Cara dan Waktu Penyembelihannya
Untuk mengetahui lebih jelasnya mari kita ikuti bersama pembahasannya berikut ini:
Mukodimah
السّلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيْمِ، الْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَ صَلَّى اللهُ وَ سَلَّمَ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ مُحًمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَ عَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، وَبَعْدُ
Segala Puji bagi Allah, Sholawat dan Salam semoga senantiasa tercurahkan atas Rosulillahi sollallahu ‘alaihi wa sallam.
Hukum Aqiqah
Mengaqiqahi anak hukumnya adalah sunnah muakad sebagaimana ditulis dalam Kitab Tausyikh Syarah Kitab Fathul qoribul-Mujib:
وَالْعَقِيْقَةُ اَيْ ذَبْحُهَا عَنِ الْمَوْلُوْدِ مُسْتَحَبَّةٌ بَلْ هِيَ سُنَّةٌ مُؤَكَّدَةٌ، (توشيخ شرح فتح القريب حلمن: ٢٧١
Artinya: Dan adpun hukum aqiqah itu, yakni hukum menyembelih aqiqah dari aqiqahnya anak adalah sunnah, (disukai) dan bahka itu hukumnya sunnah muakad. (dikutip dari kitab: Kitab Tausyikh Syarah Kitab Fathul qoribul-Mujib halaman: 271 )
Dalam salah satu hadits desebutkan:
عَنْ سَلْمَانَ بْنِ عَامِرٍ الضَّبِيِّ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ﷺ : مَعَ الْغُلَامِ عَقِيْقَةٌ فَأَهْرِقُوْا عَنْهُ، دَمًاوَأَمِيْطُوْا عَنْهُ الْأَذَى، رواه الجماعة الا مسلما : ٢٧٥٦
داري سَلْمَانَ بْنِ عَامِرْ الضَّبِيِّ بركات : رسول الله ﷺ برسبدا : فدا ستياف أنك يڠ ديلاهركن أدا عقيقهۑا مك تُوْمْفَهْكَنْلَهْ دَارَهْ أُوْنْتُوْكْۑَا دَانْ بُوَاڠْلَهْ سٓسُوَاتُوْ يَڠْ مٓڠْڮَڠْڮُوْ (رمبوتۑا) {حديث رواية الجماعة كچوالي مسلم
Artinya: Dari Salman bin ‘Amir ad-Dhobiy ia berkata, Rasulullah s.a.w. bersabda: “Pada setiap anak yang dilahirkan itu ada aqiqahnya, maka tumpahkanlah darah untuknya dan buanglah sesuatu yang mengganggu (rambutnya) HR. Al-Jama’ah kecuali Muslim.
Hari Afdholnya Aqiqah
Sebaik-baik waktu untuk mengaqiqahi anak adalah pada hari ketujuh dari hari anak dilahirkan, baik mengaqiqahai, mencukur rambut ataupun peresmian pemberian namanya. Aqiqah adalah merupakan tebusan untuk anak, karena pada dsarnya setiap anak yang terlahir itu tergadai hingga diaqiqahi, sebagaiman disebutkan dalam salahsatu hadits:
وَعَنْ سَمُرَةَ رضي الله عنه أَنَّ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: ( كُلُّ غُلَامٍ مُرْتَهَنٌ بِعَقِيقَتِهِ, تُذْبَحُ عَنْهُ يَوْمَ سَابِعِهِ, وَيُحْلَقُ, وَيُسَمَّى ) رَوَاهُ اَلْخَمْسَةُ, وَصَحَّحَهُ اَلتِّرْمِذِيّ
Artinya: Dari Samurah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Setiap anak tergadaikan dengan aqiqahnya; ia disembelih hari ketujuh (dari kelahirannya), dicukur, dan diberi nama.” Riwayat Ahmad dan Imam Empat. Hadits shahih menurut Tirmidzi. (kutipan dari Nailul-Author)
Perintah Mengaqiqahi anak lelaki dan perempuan
Sebaiknya setiap anak yang terlahir itu mestinya diaqiqahi baik itu anak laki-laki maupun anak perempuan, hanya saja untuk hewan aqiqah anak laki-laki itu dua ekor kambing, sedangkan untuk aqiqah anak perempuan itu cukup satu ekor kambing saja, sebagaimana dalam sebuah hadits dikatakan:
وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا ( أَنَّ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم أَمْرَهُمْ أَنْ يُعَقَّ عَنْ اَلْغُلَامِ شَاتَانِ مُكَافِئَتَانِ, وَعَنْ اَلْجَارِيَةِ شَاةٌ ) رَوَاهُ اَلتِّرْمِذِيُّ وَصَحَّحَهُ
Artinya: Dari ‘Aisyah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam memerintahkan mereka agar beraqiqah dua ekor kambing yang sepadan (umur dan besarnya) untuk bayi laki-laki dan seekor kambing untuk bayi perempuan. Hadits shahih riwayat Tirmidzi.
Aqiqah itu Boleh Setelah Lewat dari Tujuh hari
Apabila pada hari ke tujuh dari hari kelahiran anak belum terlaksana penyembelihan aqiqah maka boleh dilaksanakan setelah hari ke tujuh dan bahkan hukumnya itu masih tetap sunnah. Lalu pada hari ke berapakah jika pada hari ke tujuh belum sempat diaqiqahi? Jika pada hari ke tujuh belum sempat diaqiqahi, maka sebaiknya diaqiqahi pada hari kelipatan tujuh yaitu: hari ke 14, ke 21, ke 28 dan seterusnya selama anak tersebut belum baligh maka masih sunah di’aqiahi kapan saja sempat dan bisanya, sebagaimana dinuqil dari kitab “Tausyikh”
وَفَسَرَ الْمُصَنِّفُ الْعَقِيْقَةَ شَرْعًا بِقَوْلِهِ وَهِيَ الذَّبِيْحَةُ عَنِ الْمَوْلُوْدِ وَالْأَفْضَلُ اَنْ تُذْبَحَ عِنْدَ حَلْقِ شَعْرِ رَأْسِهِ يَوْمَ سَابِعِهِ اَيْ يَوْمَ سَابِعِ وِلَادَتِهِ فَاِنْ لَمْ يَتَهَيَّأْ فَتُذْبَحُ يَوْمَ الرَابِعَ عَشَرَ فَيَوْمَ الْحَادِى وَالْعِشْرِيْنَ
مُصَنِّفْ مٓنٓرَاڠْكَنْ: عَقِيْقَةْ مٓنُوْرُتْ شَرَعْ دٓڠَنْ فٓرْكَاتَئَنْۑَا: “عَقِيْقَةْ إِيْتُ أَدَلَهْ حِيْوَانْ سٓمْبٓلِيْهَنْ دَارِيْ أَنَكْ يَڠْ دِيْلَاهِرْكَنْ، دَانْ يَڠْ اَفْضَلْ أَدَلَهْ عَقِيْقَةْ إِيْتُ دِيْسٓمْبٓلِيْهْ كٓتِيْكَا مٓنْچُوْكُرْ رَمْبُوْتْ كٓفَالَا بَايِيْ فَدَا هَارِيْ كٓتُوْجُوْهْۑَا، يَعْنِيْ هَارِيْ كٓتُوْجُهْ كٓلَاهِرَانْ بَايِيْ، بِيْلا تِدَاكْ تٓرْسٓدِيَاءْ، مَكَ دِيْعَقِيْقَهِيْ فَدَا هَارِيْ كٓى أَمْفَتْ بٓلَاسْ، كٓمُوْدِيْيَانْ فَدَا هَارِيْ كٓى دُوَافُوْلُهْ سَاتُوْ. (توشيخ شرح فتح القريب حلمن: 272
Mengaqiqahi Anak yang Sudah Ninggal
Mungkin ada sebagian ‘ulama yang berpendapat, bahwa jika anak yang sudah meninggal dan belum diaqiqahi maka hukumnya “Tidak Boleha Diaqiqahi” dengan alasan masing-masing mereka punya argumen.
Dalam Risalah ini kami tidak mebahasnya, pada intinya silahkan itu hak masing-masing mau diaqiqahi atau tidak, tentu tidak ada masalah, hanya sajah menurut pendapat kami, yang namanya anak, sekali anak tetapa anak. Apalagi anak belum baligh sudah meninggal dan belum teraqiqahi, maka kami berpendapat: “Anak yang sudah meninggal keadaan sebelum baligh dan belum diaqiqahi maka masih sunah diaqiqahi” sebagaimana kami nuqil dari Risalah Majmu’ Masail Karaya Asmawi jilid 2, Masalah Meng’aqiqahi anak yang sudah meninggal dan sebagaimana juga dinukil dari Kitab Tausyih Syarah Fathul-qorib halaman 63 Fasal Aqiqah:
وَلَوْ مَاتَ الْمَوْلُوْدُ قَبْل السَّابِعِ وَلَا تَفُوْتُ بِالتَّأخِيْرِ بَعْدَهُ، فَإِنْ أَخَّرَتْ لِلْبُلُوْغِ سَقَطَ حُكْمُهَا فِيْ حَقِ الْعَاقِ عَنِ الْمَوْلُوْدِ أَمَّا هُوَ فَمُخَيِّرٌ فِيْ الْعَقِّ عَنْ نَفْسِهِ وَالتَّرْكِ
Artinya: Anadaipun anak tersebut meninggal sebelum tujuh hari, dan tidak ada kata terlambat dengan menunda aqiqah setelah meninggalanya anak tersebut, maka apabila aqiqah tersebut tertunda sampai dengan usia baligh (dewasa) maka hukum mengaqiqahi telah gugur kesunahannya pada haknya orang tua dari anaknya. Adapun anak tersebut yang sudah dewasa dan belum diaqiqahi maka dia boleh memilih: “Mengaqiqahi diri sendiri atau meninggalkannya”
Mengaqiqahi diri sendiri
Dalam hal ini jika ada pilihan satu di antara dua, tentu akan memimlih salah satunya, dan menurut pendapat kami jelas dan yakin, bahwa yang lebih baik adalah mengaqiqahi dri sendiri jika mampu, sebagaimana dinukil dari Kitab Tausyikh halaman: 271:
أَمَّا هُوَ أَيْ الْمَوْلُوْدُ بَعْدَ بُلُوْغِهِ فَمُخَيَّرٌ فِى الْعَقِّ عَنْ نَفْسِهِ وَالتَّرْكِ أَيْ فَإِمَا اَنْ يَعِقَّ عَنْ نَفْسِهِ أَوْ يَتْرُكَ الْعَقِيْقَةَ لَكِنَ الْاَحْسَنَ أَنْ يَعِقَّ عَنْ نَفْسِهِ تَدَارُكًا لِمَا فَاتَ
Artinya: Adapun sesudah balighnya anak tersebut maka ia boleh memilih antara mengaqiqahi dirinya sendiri atau meninggalkannya (yankni tidak mengaqiqahinya) maksudnya boleh saja dia meng’aqiahi dirinya sendiri atau boleh juga dia tidak mengaqiqahi dirinya, akan tetapi yang lebih baik adalah dia mengaqiqahi diri sendiri, untuk menutupi aqiqahnya yang sudah terlambat.
Catatan: Pembaca yang dirahmati Allah, kutipan-kutipan ini kami hanya mengambil ringkasnya saja, jika antum ingin detail sebaiknya antum baca Majmu’ Masail karya Asmawi, atau dalam kitab-kitab salaf seperti al-Majmu’ Syarah Muhadzab, Kitab Tausyikh dan yang lainnya.
Pelaksanaan Aqiqah
Yang sebaiknya dalam pelaksanaan aqiqah itu ada di posisi tahapan ke tiga setelah menyelesaikan tahapan pertama dan ke dua, jadi sebagaimana tersebut di atas dalam salah satu hadits tentang aqiqah maka tahapannya adalah sebagai berikut:
- Pemberian Nama Bayi
- Mencukur Rambut Bayi
- Menyembelih Aqiqah
Mendahulukan Pemberian Nama Bayi
Dalam pemberian nama untuk bayi itu boleh didahulukan sebelum tujuh hari sebagai mana kami sudah membaca dalam beberapa kitab diantaranya seperti dalam kitab Tausyikh yang artinya: “Boleh memberi nama anak sebelum tujuh hari: dengan demikian berilah nama yang baik buat anak, sebab nama adalah doa.
Mencukur rambut bayi
Tertib di atas (Pemberian Nama, Mencukur Rambut Bayi dan Menyembelih Aqiqah) ini bukan suatu keharusan, hal tersebut dilakukan hanya sekedar untuk mempermudah pemanggilan dalam doa’ seperti ketika kita mau mencukur rambut bayi, dan mau memotong hewan aqiqah buat bayi.
Contoh misal kita mau mencukur rambut bayi:
أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ: اَحْلُقُ هَذِهِ شَعْرَةَ ……. بن/بنت……….. اللَّهُمَّ اجْعَلْ لِكُلِّ شَعْرَةٍ نُوْرًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ
A’udzu billahi minasy-syaithonir rojiym, Bismilahir rohmanir rohim. Ahluqu hadzihi sya’rota …. Bin/ binti …. Allahummaj’al likiulli sya’rotin nuron yaumal-qiyamah.
Artinya: Aku Berlindung kepada Allah dari Godaan Syetan yang terkutuk. Dengan Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang: Aku mencukur rambutnya ….. bin / binti …. Ini Ya Allah Jadikan untuk setiap helai rambut sebagai penerang pada hari kiamat.
Sebaiknya Rambut bayi itu dicukur habis kemudian rambutnya ditimbang, seberat timbangan rambut bayi tersebut disodakohkan dengan nilai harga emas 99 karat atau 24 karat atau 22 karat atau 18 karat atau senilai harga perak jika memang tidak mampu.
Menyembelih Hewan Aqiqah
Untuk menyembelih hewan aqiqah sebaiknya dilaksanakan pagi hari setelah terbit matahari atau pas terbitnya matahari bila memungkinkan dan sebaiknya baca doa taqobal aqiqah, atau setidak-tidaknya: “niatkan dalam hati untuk aqiqahnya fulan bin/binti fulan, lalu ucapkan Bismillah pada saat menyembelihnya”. Kemudian dagingnya dicincang dan usahakan sebaik mungkin memotong tulang belulangnya tepat pada persendiannya, lalu memasaknya dengan lezat didominasi dengan rasa manis selanjutnya langsung dibagikan kepada yang berhak.
Akan tetapi In Syaa Allah jika ingin lebih mantap, tentu lebih diperbanyak Dzikir kepada Allah seperti dengan Ta’awudz, Basmalah, doa, dzikir dan selalu bersyukur kapada Allah SWT sebagaimana yang kami tuliskan berikut ini:
Pemberian Nama
Dalam Pemberian nama bayi sebaiknya juga disertai dengan doa dan selalu menyebut asma Allah, bila dalam sekumpulan orang banyak yang menyaksiakan dalam pemberian nama maka bahasa pemberian nama sebaiknya dijama’ misalnya seperti berikut:
أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ: يَااِبْنَ ……./ يَابِنْتَ ……….. سَمَّيْنَاكِ / سَمَّيْنَاكِ بِاِسْمِ ………. بَارَكَ اللهُ لَكَ /لَكِ بِهَذَا الْاِسْمِ وَجَعَلَ اللهُ لَكَ /لَكِ مِنَ الْمُخْلِصِيْنَ وَالْمَحْفُوْظِيْنَ بِهِ آمين الفاتحة
A’udzu billahi minasy-syaithonir rojiym, Bismilahir rohmanir rohim. Ya Ibna / Ya Binta …… Sammaynaka / Sammanayki bi ismi (………..) Barokallahu Laka / Laki bihadzal-ismi wa ja’alallahu laka / laki minal- mukhlishin wal-mahfudzina bihi Amiin Al-Fatihah….
Artinya: Aku Berlindung kepada Allah dari Godaan Syetan yang terkutuk. Dengan Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang: Wahai Putra…/ Wahai Putri….. kami berikan namamu dengan nama (……..) Semoga Allah memberi keberkahan kepadamu dan Allah menjadikanmu orang-orang ikhlash selamat dan terpelihara tarjaga dengan wasilah nama ini Amiin Al-fatihah…..
Orang Tua Memberi Nama Anaknya
Jika Ayah atau Ibunya Langsung yang memberikan nama pada anaknya maka kalimat Panggilannya dirubah menjadi Mutakalim wahdah, berikut dua contoh Pemberian nama anak bayi laki-laki dan perempuan, yang memberikan nama langsung Ibu atau ayahnya:
Pemberian nama bayi laki-laki
أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ: يَابُنَيَ سَمَّيْتُكَ لِلّٰهِ تَعَالَى بِاِسْمِ (مُحَمَّدْ لَطِيْفْ) بَارَكَ اللهُ لَكَ بِهَذَا الْاِسْمِ وَجَعَلَ اللهُ لَكَ مِنَ الْمُخْلِصِيْنَ وَالْمَحْفُوْظِيْنَ بِهِ آمين الفاتحة
A’udzu billahi minasy-syaithonir rojiym, Bismilahir rohmanir rohim. Ya Bunaya Sammaytuka Lillahita’ala bi ismi (Muhammad Lathif) Barokallahu Laka bihadzal-ismi wa ja’alallahu laka minal- mukhlishin wal-mahfudzina bihi Amiin Al-Fatihah….
Artinya: Aku Berlindung kepada Allah dari Godaan Syetan yang terkutuk. Dengan Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang: Wahai Putraku, kau kuberi nama Karena Allah Ta’ala dengan nama (Muhammad Lathif) Semoga Allah memberi keberkahan padamu dan Allah menjadikanmu orang-orang ikhlash selamat dan terpelihara tarjaga dengan wasilah nama ini Amiin Al-fatihah…..
Pemberian nama bayi Perempuan
أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ: يَااِبْنَتِيْ سَمَّيْتُكِ لِلّٰهِ تَعَالَى بِاِسْمِ (لَطِيْفَةْ) بَارَكَ اللهُ لَكِ بِهَذَا الْاِسْمِ وَجَعَلَ اللهُ لَكِ مِنَ الْمُخْلِصِيْنَ وَالْمَحْفُوْظِيْنَ بِهِ آمين الفاتحة
A’udzu billahi minasy-syaithonir rojiym, Bismilahir rohmanir rohim. Ya Bunaya Sammaytuka Lillahita’ala bi ismi (Lathifah) Barokallahu Laka bihadzal-ismi wa ja’alallahu laka minal- mukhlishin wal-mahfudzina bihi Amiin Al-Fatihah….
Artinya: Aku Berlindung kepada Allah dari Godaan Syetan yang terkutuk. Dengan Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang: Wahai Putriku, kau kuberinama Karena Allah Ta’ala dengan nama (Lathifah) Semoga Allah memberi keberkahan padamu dan Allah menjadikanmu orang-orang ikhlash selamat dan terpelihara tarjaga dengan wasilah nama ini Amiin Al-fatihah…..
Praktek Menyembelih Hewan Aqiqah
Prakte yang berikuit ini apabila tidak mau mempraktekkannya , ya tidak usah dipraktekkan. Namu bila antum sependapat dan mau mempraktekkannya. Seperti inilah caranya yaitu: sebelum menyembelih hewan yang diperuntukan aqiqah berdoa dulu sebagai berikut:
اَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ = ٣ كالي
أَشْهَدُ اَنْ لآاِلَهَ اِلاَاللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَّسُوْلُ اللهِ
عَلَى هَذِهِ النِّيَةِ وَعَلَى كُلِّ نِيَةٍ صَالِحَةٍ إلَى حَضْرَةِ النَّبِيِّ الْمُصْطَفَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ، وَعَلَى ءَالِهِ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِيَّتِهِ وَاَهْلِ بَيْتِهِ اْلكِرَامْ أجْمَعِيْن شَيْئٌ ِللهِ لَهُمْ الفاتحة
اللَّهُمَّ هَذِهِ مِنْكَ وَإِلَيْكَ فَتَقَبَّلْ هَذِهِ عَقِيْقَةَ …… بن/بنت …… الفاتحة
تروس بردعاء: يَا ذَاالْجَلاَلِ وَالْإِ كْرَامِ أللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ سَيِّدِ اْلأوَّلِيْن وَاْلأَخِـرِيْنَ وَسَلِّمْ وَرَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْ كُلِّ صَحَابَةِ رَسُوْلِ اللهِ أَجْمَعِيْنَ. آمين يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ يَامَّعْبُوْدُ حَمْدًا يُوَفِى نِعْمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ يَارَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلاَلِ وَجْهِكَ الْكَـرِيْمِ وَعَـظِيْمِ سُلْطَانِكَ. اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلاةً تُنْجِيْنَا بِهَا مِنْ جَمِيْعِ اْلاهْوَالِ وَاْلأفَاتِ وَتَقْضِى لَنَا بِهَا مِنْ جَمِيْعِ الْحَاجَاتِ وَتُطَهِّرُنَا بِهَا مِنْ جَمِيْعِ السَّيِّأَتِ وَتَرْفَعُنـَا بِهـَا عِنْدَكَ اَعْلَى الدَّرَجَاتِ وَتُبَلِّغُنَا بِهَا اَقْصَى الْغَايَاتِ مِنْ جَمِيْعِ الْخَيْرَاتِ فِيْ الْحَيَاتِ وَبَعْدَ الْمَمَـاتِ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. اللَّهُمَّ هَذِهِ مِنْكَ وَإِلَيْكَ فَتَقَبَّلْ عَقِيْقَةَ ……… بن/بنت ………… دَمُّهَا بِدَمِّهِ /هَا، وَعَظْمُهَا بِعَظْمِهِ /هَا ، وَلَحْمُهَا بِلَحْمِهِ /هَا ، وَجِلْدُهَا بِجِلْدِهِ /هَا، وَشَعْرُهَا بِشَعْرِهِ /هَا فِدَاءً لِ ……… بن/بنت ………… وَفِدَاءً مِنَ النَّارِ وَحِجَبًا وَسِتْرَا وَحُلُوُّ طَبْخَتِهَا تَفَاؤُلًا بِحُلُوِّ أَخْلَاقِهِ /ها، وَبِغَيْرِ كَسْرِ عَظْمِهَا تَفَاؤُلًا بِسَلَامَةِ أَعْضَاءِهِ /ها وَإِنْ كُسِر عَظْمُهَا فَنَسْأَلُكَ سَلَامَةَ أَعْضَاءِهِ /ها . رَبَّنَا ءَاتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَّفِي الأخِرَةِ حَسَنَةً وَّقِنَا عَذَابَ النَّارِ. * سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلآمٌ عَلَى الْمُـرْسَلِيْنَ والحمد لله رب العالمين
Niat Menyembelih Hewan Aqiqah
أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيِّطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمْ نَوَيْتُ أَنْ أَذْبَحَ هَذَا الْمَعْزَ لِعَقِيْقَةِ …… بن / بنت ………. أَنْ يَقْطَعَ الْخُلْقُوْمَ وَالْمَرَى لِلَّهِ تَعَالَى الله اكبر، الله اكبر، الله اكبر، الله اكبر، بِسْمِ اَللَّهِ وَاَللَّهُ أَكْبَر، اللَّهُمَّ هَذِهِ مِنْكَ وَإِلَيْكَ فَتَقَبَّلَهَا
A’udzu billahi minasy-syaithonir rojiym. Nawaitu An Adzbaha Hadzal- Ma’za li’aqiqoti …. bin/binti ….. Ay-yaqtho’a khulquma wal maro Fardhol-lillahi T’a’ala, Allahu-Akbar – Allahu-Akbar – Allahu-Akbar – Allahu-Akbar Bismilahir wallahu akbar, Allahumma hadzihi minka wa ilaika fataqobbalaha.
Artinya: Aku Berlindung kepada Allah dari Godaan Syetan yang terkutuk, Aku niat Menyembelih Kambing Kacang Laki ini untuk aqiqahnya …. bin / binti …. penyembelihan memutskan tenggorokan dan kerongkongannya fardhu karena Allah Ta’ala. Allah yang Maha Besar, Allah yang Maha Besar, Allah yang Maha Besar, Allah yang Maha Besar. Dengan Nama Allah dan Allah adalah maha besar. Ya Allah aqiqah ini dari-Mu dan kepada-Mu semoga Engkau menerima aqiqah ini.
Demikianlah ulasan uraian singkat kami tentang : Aqiqah : Dalil, Cara dan Waktu Penyembelihannyap– semoga uraian ini dapat memberikan manfaat untuk kita semua meskipun uraian ini sangat jauh dari kata sempurna. Terimakasih atas kunjungannya.
بِاللهِ التَّوْفِيْقُ وَالْهِدَايَةُ و الرِّضَا وَالْعِنَايَةُ ثُمَّ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهْ